Pengaruh Islam terhadap Masyarakat Indonesia dan Peninggalan Sejarah Masa Islam
1.
Pengaruh
Islam terhadap Masyarakat di Indonesia
Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia telah membawa perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Perubahan-perubahan itu
antara lain tampak dalam bidang-bidang berikut ini.
a.
Bidang
Politik
Sebelum
Islam masuk Indonesia, sudah berkembang kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha.Kerajaan-kerajaan tersebut kemudian mengalami kemunduran dan
digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan Islam.Pada masa Islam, konsep
kerajaan berubah menjadi kesultanan. Dalam sistem kesultanan nilai- nilai Islam
menjadi dasar dalam pengendalian kekuasaan.
b.
Bidang
Sosial
Pada masa Hindu-Buddha terjadi pembedaan yang tegas antar kelompok
masyarakat, pembedaan ini disebut dengan sistem kasta.Sistem ini membedakan
masyarakat menjadi golongan Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.Setelah Islam
masuk, sistem kasta menjadi pudar karena ajaran Islam tidak menerapkan sistem
kasta.Meskipun demikian, pada masa Islam masih terdapat penggolongan kelompok
masyarakat.Di Jawa misalnya,seorang ulama diberi gelar Kyai, sebuah gelar yang
menunjukkan ketinggian derajat pada struktur sosial di masyarakat.Begitu pula
dengan para penyebar agama Islam yang diberi gelar Sunan, gelar ini menujukkan
status sosial yang tinggi.
c.
Bidang
Agama
Pada masa Islam, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut
agama Islam. Meskipun demikian, masih terdapat masyarakat yang menganut agama
Hindu, Buddha, atau menganut kepercayaan terhadap roh halus. Hingga saat ini,
sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut agama Islam.
d.
Bidang
Kebudayaan
Berkembangnya kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia tidak serta merta menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Kebudayaan Islam mengakomodasi kebudayaan yang sudah ada, tentunya dengan modifikasi dan penyesuaian agar tetap sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada. Hasil akulturasi tersebut antara lain sebagai berikut.
1)
Seni
Bangunan
Bentuk bangunan masjid kuno memiliki unsur kemiripan dengan kebudayaan Hindu-Buddha.Kemiripan ini terlihat pada hal-hal berikut.
a)
Atap
Tumpang
Atap tumpang
merupakan atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil, tingkat yang paling
atas berbentuk limas.
Jumlah tumpang itu selalu ganjil,
biasanya 3 sampai 5 tingkat. Atap tumpang serupa dengan arsitektur Hindu. Atap
tumpang sampai saat ini masih banyak kita temukan di Bali. Namanya meru, dan
khusus digunakan sebagai atap bangunan-bangunan suci di dalam pura. Contoh
masjid yang menggunakan atap tumpang adalah Masjid Demak dan Masjid Banten.
b)
Menara
Menara
merupakan bagian bangunan masjid yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan
ketika waktu shalat telah tiba. Pada masjid Kudus bentuk menara mirip sekali
dengan bentuk bangunan Candi Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan
penggunaannya dan diberi atap tumpang.
c)
Makam
Pembangunan
makam bagi sebagian umat Islam di Indonesia dianggap sebagai bentuk
penghormatan kepada orang yang telah meninggal.
Di Indonesia banyak ditemukan makan yang terletak di bukit atau dataran
tinggi.Misalnya makam Sunan Gunung Jati di gunung Sembung atau kompleks
pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri. Makam-makam yang terletak di
tempat-tempat tinggi atau di atas bukit masih menunjukkan kesinambungan tradisi
yang mengandung unsur kepercayaan kepada roh nenek moyang dan merupakan bentuk
perwujudan pendirian punden berundak megalithik.
2) Seni Ukir
Seni ukir yang
berkembang pada masa Islam merupakan modifikasi dari masa sebelumnya.Dalam
ajaran Islam ada larangan untuk membuat patung atau melukis makhluk hidup
apalagi dalam bentuk manusia. Meskipun demikian, seni ukir terus berkembang
dengan menggunakan ragam hias yang terdiri dari pola-pola daun-daunan,
bunga-bungaan (teratai), bukit-bukit karang, pemandangan, dan garis-garis geometri.
Ragam hias ini kemudian ditambah dengan ragam hias huruf arab (kaligrafi) yang
kerap kali digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup.
2.
Peninggalan Sejarah Masa Islam di Indonesia
Peninggalan-peninggalan dari masa Islam sebagai berikut.
a. Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah orang-orang Islam.
Masjid yang merupakan peninggalan masa Islam di Indonesia contohnya adalah
mesjid Demak, mesjid Ampel.
b. Keraton
Keraton adalah tempat kediaman raja atau istana
raja.Di tempat ini seorang raja mengendalikan pemerintahan kerajaannya. Dengan
demikian, keraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal
raja. Keraton yang termasuk
peninggalan masa Islam antara lain yaitu: Keraton Surakarta, Keraton
Yogyakarta, Keraton Kanoman di Cirebon, dan istana Maimun di Sumatra Utara.
c. Makam
Makam kuno peninggalan masa Islam umumnya terdiri atas
jirat (kijing), nisan, dan cungkup. Jirat adalah bangunan yang terbuat dari
batu atau tembok yang berbentuk persegi panjang.Nisan adalah tonggak pendek
yang terbuat dari batu yang ditanam di atas gundukan tanah sebagai tanda
kuburan. Cungkup adalah bangunan mirip rumah yang berada di atas jirat. Contoh
makam kuno bercorak Islam, yaitu makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, makam
Fatimah binti Maimun di Leran Gresik, makam Sultan Malik al-Saleh di Pasai
Aceh, dan makam sultan-sultan Mataram di Imogiri.
d. Kaligrafi
Kaligrafi
adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan
huruf Arab.Dalam dunia Islam, kaligrafi terdiri atas petikan ayat-ayat suci Al
Qur’an.Bentuknya beraneka macam, dari yang sederhana, berbentuk tulisan
mendatar, sampai bentuk yang rumit seperti sebuah lingkaran, segitiga atau
membentuk suatu bangun tertentu seperti masjid. Beraneka ragam hias kaligrafi dapat kita
temukan pada dinding masjid atau batu nisan.
e. Karya sastra
Berdasarkan corak dan isinya karya sastra peninggalan
masa Islam di Indonesia ada beberapa jenis, yaitu: berupa, babad, hikayat,
suluk, dan syair.
1) Babad adalah karya sastra berupa cerita berlatar belakang sejarah. Karya
ini biasanya berupa cerita semata daripada uraian sejarah yang disertai
bukti-bukti dan fakta. Contoh Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, dan Babad
Giyanti.
2) Hikayat adalah karya sastra berupa cerita atau dongeng yang dibuat
sebagai pelipur lara atau pembangkit semangat. Contoh Hikayat Hang Tuah, dan
Hikayat Raja-Raja Pasai.
3) Suluk adalah kitab-kitab yang berisi masalah gaib, ramalan tentang hari
baik atau buruk, dan makna atau simbol tertentu yang dihadapi manusia.
Suluk-suluk tersebut merupakan bagian dari ajaran tasawuf.Suluk merupakan karya
sastra tertua peninggalan kesultanan Islam di Indonesia. Contoh Suluk Wijil,
Suluk Malang Sumirang, dan Suluk Sukarsa.
4) Syair adalah puisi lama yang setiap baitnya terdiri atas empat baris
yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contohnya Syair Perahu dan Syair Si
Burung Pingai karya Hamzah Fansuri.
f. Seni Tari
Salah satu tarian yang merupakan peninggalan dari masa
Islam adalah tari seudati atau tari saman dari Aceh.Tarian ini dilakukan dengan
iringan nyanyian yang sebenarnya adalah selawat atau pujian kepada nabi.
g. Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten.Dalam
kesenian ini, pemain menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan
luka. Kesenian Debus berawal pada abad ke-16 M, pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Hasanuddin.Debus pernah digunakan sebagai sarana untuk memompa semangat
juang rakyat Banten melawan Belanda pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa.
h. Sekaten dan Grebeg
Sekaten merupakan upacara peringatan kelahiran Nabi
Muhammad saw. yang diadakan setiap bulan Rabiul Awwal tahun Hijriyah di
Alun-Alun Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu digunakan oleh Sultan
Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat
mengikuti dan memeluk agama Islam.Pada perayaan Sekaten, dua gamelan, yaitu
gamelan Kyai Nagawilaga dan gamelan Kyai Gunturmadu akan dimainkan secara
bersamaan selama 7 (tujuh) hari berturut-turut.
Puncak perayaan Sekaten ditandai dengan Grebeg
Mauludan dengan mengarak sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan,
makanan, buah- buahan dan sayur-sayuran sebagai bentuk ungkapan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa.Perayaan Sekaten dan Grebeg masih dilaksanakan
hingga saat ini.
*Rujukan :
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Sumber Pembelajaran dari Internet
Bisa juga membaca materi lengkapnya di Buku Paket Mata Pelajaran IPS klik disini
Setelah membaca materi bisa mengerjakan soal latihan klik disini
Tugas 6 (Pilihan Ganda) Mapel IPS Bab IV Kelas VIII Tahun Pelajaran 20/21 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Semarang
Tugas 6 (Pilihan Ganda) Mapel IPS Bab IV Kelas VII Tahun Pelajaran 20/21 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Semarang
Tumbuh dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan (Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang dan Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan )
3.
Pergerakan
Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
a.
Proses
Penguasaan Indonesia
Awal mula
tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan politik.
Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar. Jepang
sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia banyak di Indonesia untuk
kepentingan ekonominya. Indonesia juga merupakan daerah pemasaran industri yang
strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara bangsa- bangsa
Barat. Untuk menyamakan jalur pelayaran bagi bahan-bahan mentah dan bahan baku
dari ancaman Sekutu serta memuluskan ambisinya menguasai wilayah- wilayah baru,
Jepang menggalang kekuatan pasukannya serta mencari dukungan dari bangsa-bangsa
Asia.
Pada tanggal 8
Desember 1941, Jepang melakukan penyerangan terhadap pangkalan militer AS di
Pearl Harbour. Setelah memborbardir Pearl Harbour, Jepang masuk ke
negara-negara Asia dari berbagai pintu. Pada tanggal 11 Januari 1942, Jepang mendaratkan
pasukannya di Tarakan, Kalimantan Timur. Jepang menduduki kota minyak
Balikpapan pada tanggal 24 Januari. Selanjutnya, Jepang menduduki kota-kota
lainya di Kalimantan.
Jepang berhasil
menguasai Palembang pada tanggal 16 Februari 1942. Setelah menguasai Palembang,
Jepang menyerang Pulau Jawa. Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan Belanda.
Batavia (Jakarta) sebagai pusat perkembangan Pulau Jawa berhasil dikuasai
Jepang pada tanggal 1 Maret 1942. Setelah melakukan berbagai pertempuran,
Belanda akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942
di Kalijati, Subang-Jawa Barat. Surat perjanjian serah terima kedua belah pihak
ditandatangani oleh Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima Angkatan Perang
Belanda) dan diserahkan kepada Letnan Jenderal Imamura (pimpinan pasukan
Jepang). Sejak saat itu seluruh Indonesia berada di bawah kekuasan Jepang.
b.
Kebijakan
Pemerintah Militer Jepang
Pada saat
kependudukannya di Indonesia, Jepang melakukan pembagian tiga daerah
pemerintahan militer di Indonesia, yakni:
1)
Pemerintahan
Angkatan Darat (Tentara XXV) untuk Sumatra, dengan pusat di Bukittinggi.
2)
Pemerintahan
Angkatan Darat (Tentara XVI) untuk Jawa dan Madura dengan pusat di Jakarta.
3)
Pemerintahan
Angkatan Laut (Armada Selatan II) untuk daerah Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku
dengan pusat di Makassar.
Jepang
menggunakan sistem pemerintahan berdikari dalam menjalankan pemerintahan di
daerah kependudukannya. Berdikari berarti “berdiri sendiri”. Maksudnya,
pemerintah pusat tidak banyak berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasukan
di daerah kependudukannya. Dengan demikian, pemerintahan militer Jepang di
Indonesia lebih leluasa untuk menerapkan sistem penjajahan.
Jepang
melakukan propaganda dengan semboyan “Tiga A” (Jepang Pemimpin Asia, Jepang
Pelindung Asia, Jepang Cahaya Asia) untuk menarik simpati rakyat Indonesia.
Selain itu, Jepang menjanjikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam melakukan
ibadah, mengibarkan bendera merah putih yang berdampingan dengan bendera
Jepang, menggunakan bahasa Indonesia, dan menyanyikan lagu kebangsaan
“Indonesia Raya” bersama lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”.
Kemudahan-kemudahan
yang ditawarkan oleh Jepang hanyalah janji manis saja. Sebagai penjajah, Jepang
justru lebih kejam dalam menjajah bangsa Indonesia. Jepang melakukan beberapa
kebijakan terhadap negara jajahan Indonesia. Program yang paling mendesak bagi
Jepang adalah mengerahkan seluruh sumber daya yang ada di Indonesia untuk
tujuan perang. Beberapa kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut :
1)
Membentuk
Organisasi-Organisasi Sosial
Organisasi-organisasi
sosial yang dibentuk oleh Jepang di
antaranya Gerakan 3A, Pusat
Tenaga Rakyat, Jawa Hokokai, dan
Masyumi. Gerakan 3A Dipimpin
oleh Mr. Syamsudin, dengan tujuan meraih simpati penduduk dan tokoh
masyarakat sekitar. Dalam perkembangannya, gerakan ini kurang berhasil sehingga
Jepang membentuk organisasi yang lebih menarik.
Sebagai ganti
Gerakan Tiga A, Jepang mendirikan gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada
tanggal 1 Maret 1943. Gerakan Putera dipimpin tokoh-tokoh nasional yang sering
disebut Empat Serangkai, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan
Ki Hajar Dewantara. Gerakan Putera cukup diminati oleh kalangan tokoh
pergerakan Indonesia.
Pemerintah
Jepang kurang puas dengan kegiatan yang dilakukan oleh gerakan Putera karena
para tokoh gerakan Putera memanfaatkan organisasi ini untuk melakukan
konsolidasi dengan tokoh-tokoh perjuangan. Pada akhirnya, organisasi Putera
dibubarkan oleh Jepang.
Pada tahun
1944, dibentuk Jawa Hokokai (Gerakan Kebaktian Jawa). Gerakan ini berdiri di
bawah pengawasan para pejabat Jepang. Tujuan pokoknya adalah menggalang
dukungan untuk rela berkorban demi pemerintah Jepang.
Islam adalah
agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Jepang merasa harus bisa
menarik hati golongan ini. Maka, pada tahun 1943 Jepang membubarkan Majelis
Islam A’la Indonesia dan menggantikannya dengan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia). Masyumi dipimpin oleh K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Mas Mansyur.
2)
Pembentukan
Organisasi Semi Militer
Jepang
menyadari pentingnya mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu perang
menghadapi Sekutu. Oleh karena itu, Jepang membentuk berbagai organisasi
semimiliter, seperti Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, dan Pembela Tanah
Air (Peta).
Organisasi
Barisan Pemuda (Seinendan) dibentuk pada 9 Maret 1943. Tujuannya adalah memberi
bekal bela negara agar siap mempertahankan tanah airnya. Dalam kenyataannya,
tujuan itu hanya untuk menarik minat rakyat Indonesia. Maksud sesungguhnya
adalah untuk membantu menghadapi tentara Sekutu.
Fujinkai
merupakan himpunan kaum wanita di atas 15 tahun untuk terikat dalam latihan
semimiliter. Keibodan merupakan barisan pembantu polisi untuk laki-laki berumur
20-25 tahun. Heiho yang didirikan tahun 1943 merupakan organisasi prajurit
pembantu tentara Jepang. Pada saat itu, Jepang sudah mengalami kekalahan di
beberapa front pertempuran. Adapun Peta yang didirikan 3 Oktober 1943 merupakan
pasukan bersenjata yang memperoleh pendidikan militer secara khusus dari
Jepang. Kelak, para eks-Peta memiliki peranan besar dalam pertempuran melawan
Jepang dan Belanda.
3)
Pengerahan
Romusha
Jepang
melakukan rekruitmen anggota romusha dengan tujuan mencari bantuan tenaga yang
lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang.
Anggota-anggota romusha dikerahkan oleh Jepang untuk membangun jalan, kubu
pertahanan, rel kereta api, jembatan, dan sebagainya. Jumlah Romusha paling
besar berasal dari Jawa, yang dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai ke Malaya,
Myanmar, dan Thailand.
Sebagian besar
romusha adalah penduduk yang tidak berpendidikan. Mereka terpaksa melakukan
kerja rodi karena takut kepada Jepang. Pada saat mereka bekerja sebagai
romusha, makanan yang mereka dapat tidak terjamin, kesehatan sangat minim,
sementara pekerjaan sangat berat. Ribuan rakyat Indonesia meninggal akibat
romusha.
Mendengar nasib
romusha yang sangat menyedihkan, banyak pemuda Indonesia meninggalkan
kampungnya. Mereka takut akan dijadikan romusha. Akhirnya, sebagian besar desa
hanya didiami oleh kaum perempuan, orang tua, dan anak-anak.
Penjajahan
Jepang yang sangat menyengsarakan adalah pemaksaan wanita- wanita untuk menjadi
Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah wanita yang dipaksa Jepang untuk menjadi wanita
penghibur Jepang di berbagai pos medan pertempuran. Banyak gadis-gadis desa
diambil paksa tentara Jepang untuk menjadi Jugun Ianfu. Sebagian mereka tidak
kembali walaupun Perang Dunia II telah berakhir.
4)
Eksploitasi
Kekayaan Alam
Jepang tidak
hanya menguras tenaga rakyat Indonesia. Pengerukan kekayaan alam dan harta
benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh lebih kejam daripada pengerukan yang
dilakukan oleh Belanda. Semua usaha yang dilakukan di Indonesia harus menunjang
semua keperluan perang Jepang.
Jepang
mengambil alih seluruh aset ekonomi Belanda dan mengawasi secara langsung
seluruh usahanya. Usaha perkebunan dan industri harus mendukung untuk keperluan
perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas. Rakyat wajib menyerahkan
bahan pangan besar-besaran kepada Jepang. Jepang memanfaatkan Jawa Hokokai dan
intansi-instansi pemerintah lainnya. Keadaan inilah yang semakin menyengsarakan
rakyat Indonesia.
Pada masa
panen, rakyat wajib melakukan setor padi sedemikian rupa sehingga mereka hanya
membawa pulang padi sekitar 20% dari panen yang dilakukannya. Kondisi ini
mengakibatkan musibah kelaparan dan penyakit busung lapar di Indonesia. Banyak
penduduk yang memakan umbi-umbian liar, yang sebenarnya hanya pantas untuk
makanan ternak.
Sikap manis
Jepang hanya sebentar. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan maklumat
pemerintah yang isinya berupa larangan pembicaraan tentang pengibaran bendera
merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Hal ini tentu membuat kecewa
bangsa Indonesia.
c.
Sikap
Kaum Pergerakan
Bangsa
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menanggapi kebijakan Jepang
tersebut. Propaganda Jepang sama sekali tidak memengaruhi para tokoh perjuangan
untuk percaya begitu saja. Bagaimanapun, mereka sadar bahwa Jepang adalah
penjajah. Bahkan, mereka sengaja memanfaatkan organisasi-organisasi pendirian
Jepang sebagai ‘batu loncatan’ untuk meraih Indonesia merdeka. Beberapa bentuk
perjuangan pada zaman Jepang adalah sebagai berikut :
1)
Memanfaatkan
Organisasi Bentukan Jepang
Kelompok ini
sering disebut kolaborator karena mau bekerja sama dengan penjajah. Sebenarnya,
cara ini bentuk perjuangan diplomasi. Tokoh-tokohnya adalah para pemimpin
Putera, seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas
Mansyur. Mereka memanfaatkan Putera sebagai sarana komunikasi dengan rakyat.
Akhirnya, Putera justru dijadikan para pemuda Indonesia sebagai ajang kampanye
nasionalisme. Pemerintah Jepang menyadari hal tersebut dan akhirnya membubarkan
Putera dan digantikan Barisan Pelopor. Sama seperti Putera, Barisan Pelopor
yang dipimpin Sukarno ini pun selalu mengampanyekan perjuangan kemerdekaan.
2)
Gerakan
Bawah Tanah
Larangan
berdirinya partai politik pada zaman Jepang mengakibatkan sebagian tokoh
perjuangan melakukan gerakan bawah tanah. Gerakan bawah tanah merupakan
perjuangan melalui kegiatan-kegiatan tidak resmi, tanpa sepengetahuan Jepang
(gerakan sembunyi-sembunyi).
Dalam melakukan
perjuangan, mereka terus melakukan konsolidasi menuju kemerdekaan Indonesia.
Mereka menggunakan tempat-tempat strategis, seperti asrama pemuda untuk
melakukan pertemuan-pertemuan. Penggalangan semangat kemerdekaan dan membentuk
suatu negara terus mereka kobarkan.
Tokoh-tokoh
yang masuk dalam garis pergerakan bawah tanah adalah Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo,
Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin. Mereka terus
memantau Perang Pasifik melalui radio-radio bawah tanah. Pada saat itu, Jepang
melarang bangsa Indonesia memiliki pesawat komunikasi. Kelompok bawah tanah
inilah yang sering disebut golongan radikal/ keras karena mereka tidak mengenal
kompromi dengan Jepang.
3)
Perlawanan
Bersenjata
Di samping
perjuangan yang dilakukan dengan memanfaatkan organisasi bentukan Jepang dan
gerakan bawah tanah, ada pula perlawanan-perlawanan bersenjata yang dilakukan
bangsa Indonesia di antaranya sebagai berikut.
a)
Perlawanan
Rakyat Aceh
Dilakukan oleh
Tengku Abdul Djalil, seorang ulama di Cot Plieng Aceh, menentang
peraturan-peraturan Jepang. Pada tanggal 10 November 1942, ia melakukan perlawanan.
Dalam perlawanan tersebut ia tertangkap dan ditembak mati.
b)
Perlawanan
Singaparna, Jawa Barat
Dipelopori oleh
K.H. Zainal Mustofa, yang menentang seikerei yakni menghormati Kaisar
Jepang. Pada tanggal
24 Februari 1944, meletus perlawanan terhadap tentara
Jepang. Kiai Haji Zainal Mustofa dan beberapa pengikutnya ditangkap Jepang,
lalu dihukum mati.
c)
Perlawananan
Indramayu, Jawa Barat
Pada bulan Juli
1944, rakyat Lohbener dan Sindang di Indramayu memberontak terhadap Jepang.
Para petani dipimpin H. Madrian menolak pungutan padi yang terlalu tinggi. Akan
tetapi, pada akhirnya perlawanan mereka dipadamkan Jepang.
d)
Perlawanan
Peta di Blitar, Jawa Timur
Perlawanan PETA
merupakan perlawanan terbesar yang dilakukan rakyat Indonesia pada masa
penjajahan Jepang.
Perlawanan ini
dipimpin Supriyadi, seorang Shodanco (Komandan pleton). Peta tanggal 14
Februari 1945, perlawanan dipadamkan Jepang karena persiapan Supriyadi dkk.
kurang matang.
Para pejuang
Peta yang berhasil ditangkap kemudian diadili di mahkamah militer di Jakarta.
Beberapa di antaranya dihukum mati, seperti dr. Ismail, Muradi, Suparyono,
Halir Mangkudidjaya, Sunanto, dan Sudarmo. Supriyadi, sebagai pemimpin
perlawanan tidak diketahui nasibnya. Kemungkinan besar Supriyadi berhasil
ditangkap Jepang kemudian dihukum mati sebelum diadili.
4.
Perubahan
Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan
Kalian telah
mempelajari bagaimana kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan. Pada
perjalanan sejarah sejak masa kolonialisme VOC, pemerintah Hindia Belanda,
pemerintah Inggris, dan pendudukan Jepang, tentu kalian menemukan berbagai
perubahan pada masyarakat Indonesia.
Terjadinya
kolonialisme dan imperialisme di Indonesia menyebabkan berbagai perubahan
masyarakat Indonesia baik aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan, maupun
politik. Perubahan apa saja yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada masa
kolonial? Mari lacak melalui uraian di bawah ini!
a.
Perubahan
pada Masa Kolonial Barat
1)
Perluasan
Penggunaan Lahan
Perkebunan di
Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa Indonesia telah
memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi
pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan
perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor dilakukan
di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah kolonial yang
mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga perusahaan-perusahaan
swasta.
Pada masa
pemerintah kolonial Hindia Belanda, banyak perusahaan asing yang menanamkan
investasi di Indonesia. Berhektare-hektare hutan dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Apakah
kalian menemukan bekas-bekas perkebunan yang dahulu dikuasai Belanda?
Perhatikan
gambar saluran irigasi Bendung Komering 10 (BK 10) di Desa Gumawang, Belitang
Madang Raya, Kabupaten OKU Timur, Sumatra Selatan. Saluran tersebut dibangun
sejak masa Hindia Belanda. Daerah OKU Timur yang awalnya hutan belantara
berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang sangat subur hingga
sekarang. Sepanjang aliran irigasi tersebut menjadi lumbung padi Sumatra
Selatan hingga kini.
2)
Persebaran
Penduduk dan Urbanisasi
Kalian tentu
masih ingat dengan Politik Etis, yang terdiri atas irigasi, transmigrasi, dan
edukasi. Sejarah transmigrasi
Indonesia terutama terjadi
pada akhir abad XIX. Tujuan utama transmigrasi pada masa tersebut adalah
untuk menyebarkan tenaga kerja murah di berbagai perkebunan
di Sumatra dan Kalimantan. Kalian
yang tinggal di beberapa daerah di Sumatra mungkin dapat menelusuri sejarah
keluargamu atau teman-temanmu. Mungkin sebagian dari mereka memiliki garis
keturunan dari Jawa. Pembukaan perkebunan pada masa kolonial Barat di Indonesia
telah berhasil mendorong persebaran penduduk Indonesia.
Munculnya
berbagai pusat industri dan perkembangan berbagai fasilitas di kota menjadi
daya dorong perkembangan kota-kota. Urbanisasi terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia. Daerah yang
awalnya hutan belantara menjadi ramai dan gemerlap karena ditemukannya area
pertambangan.
Persebaran
penduduk Indonesia tidak sebatas dalam lingkungan nasional, tetapi juga lintas
negara.
3)
Pengenalan
Tanaman Baru
Pengaruh pemerintah
kolonial Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan
berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan. Beberapa tanaman
andalan ekspor dikenalkan dan dikembangkan
di Indonesia. Pengenalan tanaman baru sangat bermanfaat dalam
pengembangan pertanian dan perkebunan di Indonesia.
4)
Penemuan
Tambang-Tambang
Pembukaan lahan
pada masa kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi, batu
bara, dan logam. Pembukaan lahan
untuk pertambangan ini terutama
terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX.
5)
Transportasi
dan Komunikasi
Pada zaman
penjajahan Belanda, banyak dibangun jalan raya, rel kereta api, dan jaringan
telepon. Pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut
mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi laut
juga dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia.
Kalian tentu
masih ingat bagaimana proses pembangunan jalur Anyer-Panarukan yang dibangun
pada masa pemerintahan Daendels. Di satu sisi, pembangunan tersebut menimbulkan
kesengsaraan rakyat, terutama akibat kerja paksa. Namun di sisi lain,
pembangunan jalur tersebut telah mempermudah jalur transportasi dan komunikasi
masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Pembangunan rel kereta api juga
dilakukan di berbagai daerah di Jawa dan Sumatra.
6)
Perkembangan
Kegiatan Ekonomi
Perubahan
masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa kolonial terjadi baik dalam
kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Kegiatan produksi dalam pertanian
dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian
yang bervariasi. Rakyat mulai mengenal tanaman yang tidak hanya untuk dipanen
semusim. Pembukaan berbagai perusahaan telah melahirkan berbagai jenis
pekerjaan dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, munculnya kuli-kuli
perkebunan, mandor, dan administrasi di berbagai perusahaan pemerintah ataupun
swasta. Kegiatan ekspor-impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa
penjajahan Barat. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot
jumlah produksi ekspor.
7)
Mengenal
Uang
Pada masa
sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat, masyarakat biasanya bekerja secara
bergotong royong. Contohnya, dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok penduduk
akan mengerjakan secara bersama-sama dari sawah satu ke sawah lainnya. Pada
masa kekuasaan kolonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran
jasa tenaga kerja. Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan
masyarakat menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenangi uang
karena dianggap lebih mudah digunakan.
8)
Perubahan
dalam Pendidikan
Bagaimana pendidikan
pada masa kolonial
Barat? Terdapat dua
pendidikan yang dikembangkan pada masa pemerintahan kolonial Barat.
Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah, dan yang kedua
adalah pendidikan yang dikembangkan oleh masyarakat.
Pusat-pusat
kekuasaan Belanda di Indonesia di berbagai kota di Indonesia menjadi pusat
pertumbuhan berbagai sekolah di Indonesia. Kalian dapat menemukan
sekolah-sekolah yang telah berdiri sejak zaman penjajahan di kota provinsi
tempat tinggalmu. Pada masa penjajahan Belanda juga telah berkembang perguruan
tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor
(IPB).
Pada masa
pemerintahan kolonial Barat, terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia.
Sekolah dibedakan menjadi dua golongan, yakni sekolah untuk bangsa Eropa dan
sekolah untuk penduduk pribumi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai gerakan
pendidikan di Indonesia. Taman Siswa yang berdiri di Yogyakarta merupakan salah
satu pelopor gerakan pendidikan modern di Indonesia. Sekolah- sekolah yang
dipelopori berbagai organisasi pergerakan nasional tumbuh pesat pada awal abad
XX.
Pengaruh
pendidikan modern berdampak pada perluasan lapangan kerja pada masyarakat
Indonesia. Munculnya elite intelektual memunculkan jenis pekerjaan baru,
seperti guru, administrasi, pegawai pemerintah, dan sebagainya.
9)
Perubahan
dalam Aspek Politik
Kejayaan
kerajaan-kerajaan pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat satu per satu
mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan. Pada masa kerajaan, rakyat diperintah
oleh raja yang merupakan bangsa Indonesia. Pada pemerintahan kolonial Barat,
rakyat diperintah oleh bangsa asing. Kekuasaan bangsa Indonesia untuk mengatur
bangsanya semakin hilang, digantikan dengan kekuasaan bangsa Barat. Perubahan inilah yang paling
penting untuk diperjuangkan. Tanpa kemerdekaan, bangsa Indonesia sulit mengatur
dirinya sendiri.
Perubahan dalam
sistem politik juga terjadi dengan dikenalnya sistem pemerintahan baru. Pada
masa kerajaan dikenal raja dan bupati, sementara itu pada masa pemerintahan
kolonial Barat dikenal gubernur jenderal, residen, bupati, dan seterusnya. Para
penguasa kerajaan menjadi kehilangan kekuasaannya, digantikan dengan kekuasaan
pemerintahan kolonial Barat.
Terbentuknya
pemerintahan Hindia Belanda di satu sisi menguntungkan bangsa Indonesia.
Pemerintah Hindia Belanda yang terpusat menyebabkan hubungan yang erat antara
rakyat Indonesia dari berbagai daerah. Muncul perasaan senasib dan
sepenanggungan dalam bingkai Hindia Belanda.
Munculnya
berbagai organisasi pergerakan nasional tidak lepas dari ikatan politik Hindia
Belanda. Sebelum masa penjajahan Hindia Belanda, masyarakat Indonesia
terkotak-kotak oleh sistem politik kerajaan. Terdapat puluhan kerajaan di
berbagai daerah di Indonesia. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, berbagai
daerah tersebut disatukan dalam satu identitas, yaitu Hindia Belanda.
10)
Perubahan
dalam Aspek Budaya
Benteng
Vredeburg di Yogyakarta merupakan salah satu bukti pengaruh kolonialisme dalam
bidang budaya. Berbagai perubahan budaya pada masa penjajahan Belanda adalah
dalam seni bangunan, tarian, cara berpakaian, bahasa, dan teknologi.
Seni bangunan
dengan gaya Eropa dapat kalian temukan di berbagai kota di Indonesia. Coba
kalian amati berbagai peninggalan pada masa kolonial Belanda yang terdapat di
lingkungan tempat tinggalmu. Bagaimana perbedaan bangunan- bangunan tersebut
dengan bangunan asli masyarakat Indonesia sebelumnya? Masa penjajahan Belanda
berpengaruh terhadap teknologi dan seni bangunan di Indonesia. Teknologi bangunan modern
dikenalkan bangsa Barat di berbagai wilayah di Indonesia. Kalian masih dapat
menelusuri sebagian besar peninggalan bangunan pada masa kolonial. Bahkan,
sebagian bangunan tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan sebagai kantor
pemerintah.
Perubahan
kesenian juga terjadi terutama di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian-tarian
Barat. Kebiasaan dansa dan minum-minuman yang dikenalkan para pejabat Belanda
berpengaruh pada perilaku sebagian masyarakat Indonesia. Kalian juga masih
dapat menelusuri bahasa-bahasa Belanda yang berpengaruh dalam kosa kata Bahasa
Indonesia.
Dalam aspek
budaya juga terjadi perubahan kehidupan beragama masyarakat Indonesia. Pengaruh
kolonial yang lain adalah penyebaran agama Kristen di Indonesia.
Agama Kristen
diprediksi sampai di Indonesia sejak zaman kuno melalui jalur pelayaran.
Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, pada abad
VI sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di Pantai Malabar, dan di
Sri Lanka. Dari Malabar itu, agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Pada
tahun 650, agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah (di Semenanjung
Malaya) dan sekitarnya. Pada abad IX, Kedah berkembang menjadi pelabuhan dagang
yang sangat ramai di jalur pelayaran yang menghubungkan India-Aceh-Barus-Nias
melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan selanjutnya ke Tiongkok. Jalur inilah
disebut-sebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara.
Penyebaran
agama Kristen menjadi lebih intensif lagi seiring dengan datangnya
bangsa-bangsa Barat ke Indonesia pada abad XVI. Kedatangan bangsa- bangsa Barat
itu semakin memantapkan dan mempercepat penyebaran Agama Kristen di Indonesia.
Orang-orang Portugis menyebarkan agama Kristen Katolik (selanjutnya disebut
Katolik). Orang-orang Belanda membawa Agama Kristen Protestan (selanjutnya
disebut Kristen).
Siapa yang
menyebarkan agama Katolik di Indonesia? Mereka adalah para pastor, seperti
Fransiskus Xaverius dari ordo Serikat Yesus. Pastor ini aktif mengunjungi
desa-desa di sepanjang Pantai Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate,
Halmahera Utara, dan Kepulauan Morotai. Usaha penyebaran agama Katolik ini
kemudian dilanjutkan oleh pastor-pastor yang lain. Selanjutnya, di Nusa
Tenggara Timur, seperti Flores, Solor, Timor, agama Katolik berkembang dengan
baik sampai sekarang.
Agama Kristen
Protestan berkembang di Kepulauan Maluku terutama setelah VOC menguasai Ambon,
yang dipelopori Zending. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif
saat Raffles berkuasa di Indonesia. Agama Katolik dan kemudian juga Kristen
Protestan berkembang pesat di Indonesia bagian timur.
Pengaruh lain
dalam bidang budaya adalah pakaian, bahasa, makanan, dan jenis pekerjaan baru.
Pakaian gaya Eropa tidak hanya berpengaruh dalam lingkungan keraton, tetapi
juga masyarakat luas. Kalian dapat menemukan berbagai kosa kata pengaruh
Belanda seperti knalpot, kabinet, kanker, dan sebagainya.
b.
Perubahan
Masyarakat pada Masa Penjajahan Jepang
1)
Perubahan
dalam Aspek Geografi
Adanya
eksploitasi kekayaan alam menjadi ciri penting pada masa pendudukan Jepang. Misi
untuk memenangkan Perang Dunia II mendorong Jepang menjadikan Indonesia sebagai
salah satu basisnya menghadapi tentara Sekutu. Jepang banyak membutuhkan banyak
dukungan dalam menghadapi PD II. Lahan perkebunan yang ada pada masa Hindia
Belanda merupakan lahan yang menghasilkan untuk jangka waktu yang lama. Jepang
menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung Jepang dalam PD II. Tanaman jarak
dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan sebagai mesin
perang.
Kesengsaraan
pada masa pendudukan Jepang menyebabkan besarnya angka kematian pada masa
pendudukan Jepang. Migrasi terjadi
terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi Sekutu. Banyak rakyat
Indonesia yang ikut dalam romusha ataupun membantu pasukan Jepang di beberapa
negara Asia Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian dari mereka tidak
kembali atau tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga
kerja yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri seperti ke Burma,
Malaya, Vietnam, dan Mungthai/Thailand mencapai 300.000 orang. Ratusan ribu
orang tersebut banyak yang tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II
usai.
2)
Perubahan
dalam Aspek Ekonomi
Sistem ekonomi
perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia.
Putusnya hubungan dengan perdagangan dunia mempersempit kegiatan perekonomian
di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan pertanian untuk
kebutuhan sehari-hari.
Pembatasan
ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian. Maka, rakyat Indonesia
pun mengusahakannya sendiri. Pakaian yang terbuat dari benang goni menjadi tren
pada masa pendudukan Jepang.
Wajib setor
padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan
luar biasa. Angka kematian sangat tinggi. Sebagai contoh, di Kabupaten Wonosobo
Jawa Tengah angka kematian mencapai 50%. Kemiskinan yang luar biasa berdampak
pada penyakit-penyakit sosial lainnya. Gelandangan, pengemis, kriminalitas,
semakin berkembang akibat lemahnya kekuatan ekonomi rakyat.
3)
Perubahan
dalam Aspek Pendidikan
Kegiatan
pendidikan dan pengajaran menurun. Sebagai contoh, gedung sekolah dasar menurun
dari 21.500 menjadi 13.500 buah; gedung sekolah lanjutan menurun dari 850
menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi macet. Sementara itu, pengenalan
budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia
dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Adapun bahasa
Jepang menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.
Tradisi budaya
Jepang dikenalkan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat rendah. Para siswa
harus digembleng agar bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga
harus menyanyikan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) dan lagu-lagu lain,
menghormati bendera Hinomaru, serta melakukan gerak badan (taiso) dan seikerei.
4)
Perubahan
dalam Aspek Politik
Propaganda
Jepang berhasil memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk
membebaskan bangsa Indonesia dan penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat
simpati rakyat. Dengan kebijakan yang
kaku dan keras,
secara politik organisasi pergerakan yang pernah ada sulit mengembangkan
aktivitasnya. Bahkan, Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi
pergerakan politik yang pernah ada di masa kolonial Belanda. Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup karena
organisasi ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda). Kempetai selalu
memata-matai gerak-gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya, muncul
gerakan-gerakan bawah tanah
Jepang berusaha
mendapatkan simpati dan dukungan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia atas
kekuasaannya di Indonesia. Akibatnya, hal ini menimbulkan beragam tanggapan
dari para tokoh pergerakan nasional. Kelompok pertama adalah kelompok yang
masih mau bekerja sama dengan Jepang, tetapi tetap menggelorakan pergerakan
nasional. Para tokoh ini adalah mereka yang muncul dalam berbagai organisasi
bentukan Jepang. Adapun kelompok kedua adalah mereka yang tidak mau bekerja
sama dengan pemerintah Jepang dan melakukan gerakan bawah tanah.
Pada masa akhir
pendudukan Jepang, terjadi revolusi politik di Indonesia, yakni kemerdekaan
Indonesia. Peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi
momen penting perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah
membawa perubahan masyarakat dalam segala bidang.
5)
Perubahan
dalam Aspek Budaya
Jepang berusaha
‘menjepangkan’ Indonesia. Ajaran Shintoisme diajarkan pada masyarakat
Indonesia. Kebiasaan menghormat matahari dan menyanyikan lagu Kimigayo
merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini
menimbulkan perlawanan di berbagai daerah.
Kalian dapat mengamati terjadinya
perlawanan masyarakat pada masa pendudukan Jepang. Salah satu penyebab
perlawanan adalah penolakan terhadap kebiasaan menghormat matahari.
Perkembangan
Bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami kemajuan. Pada tanggal
20 Oktober 1943, atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia, didirikanlah
Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan
istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif serta menentukan
kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.
Rangkuman
Kedatangan
bangsa-bangsa Barat ke Indonesia telah menyebabkan kolonialisme dan
imperialisme. Hidup dalam penjajahan menyebabkan penderitaan rakyat dalam
berbagai bidang. Perubahan yang terjadi pada masa kolonial lebih banyak
merugikan bangsa Indonesia. Pemerintah kolonial tidak memiliki perhatian serius
untuk memajukan negeri jajahan.
Bangsa
Indonesia mencintai perdamaian, tetapi bangsa Indonesia lebih mencintai
kemerdekaan. Kesewenang-wenangan penjajah mendorong bangsa Indonesia melawan.
Perjuangan untuk melepaskan diri dari penjajahan memerlukan pengorbanan yang
sangat besar. Satu-demi satu perlawanan di berbagai daerah dapat dipatahkan
penjajah.
Memasuki abad
XIX, bangsa Indonesia sadar bahwa salah satu kelemahan perjuangan selama ini
adalah berjuang sendiri-sendiri, lebih mengandalkan satu pemimpin. Pada tahun
1928, secara tegas bangsa Indonesia mengikatkan diri dalam perjuangan nasional
melalui ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Usaha bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaan tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itulah bangsa Indonesia
hidup dalam kemerdekaan hingga saat ini. Sepatutnya kalian terus berjuang
mempertahankan kemerdekaan dan mengisi pembangunan untuk mencapai kejayaan
bangsa dan negara.
Pada masa
penjajahan Jepang dan Belanda, masyarakat Indonesia mengalami banyak perubahan
terutama dalam aspek geografis, pendidikan, ekonomi, dan politik.
*Rujukan :
*Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 8 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.