C.
Tumbuh
dan Berkembangnya Semangat Kebangsaan
Perhatikan teks sumpah pemuda!
Apakah kalian telah menghafal teks tersebut? Siapa yang menyusun teks tersebut?
Untuk apa teks tersebut dibuat? Apakah makna teks tersebut bagi sejarah bangsa
Indonesia? Teks tersebut diikrarkan para pemuda dari berbagai daerah pada
tanggal 28 Oktober 1928. Ikrar tersebut merupakan tekad untuk memulai jalan
baru mengusir penjajah melalui perjuangan pergerakan nasional. Mengapa para
pemuda menggelorakan pergerakan nasional? Uraian berikut ini akan membantu
kalian menelusuri sejarah pergerakan nasional Indonesia.
Bangsa Indonesia sadar, berbagai
penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa lalu. Salah satu penyebab
kegagalan adalah perlawanan yang bersifat kedaerahan. Kalian ingat lagi
beberapa perjuangan bangsa Indonesia di berbagai daerah. Bagaimana seandainya
para tokoh seperti Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Sultan
Hassanudin, dan para tokoh lainnya bersatu mengusir penjajah? Tentu Belanda
akan mudah ditaklukkan.
Pada awal abad XX, corak perjuangan
bangsa Indonesia berubah dari yang bersifat kedaerahan menuju perjuangan yang
bersifat nasional. Bangsa Indonesia telah menemukan identitas kebangsaan
sebagai pengikat perjuangan bersama. Paham kebangsaan atau nasionalisme telah
tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat kuat.
1.
Latar
Belakang Munculnya Nasionalisme Indonesia
Faktor apa saja yang
melatarbelakangi terjadinya pergerakan nasional di Indonesia? Dari mana saja
faktor-faktor tersebut muncul? Ditinjau dari asal pengaruhnya, pergerakan
nasional dilatarbelakangi berbagai kejadian di dalam negeri Indonesia dan
berbagai kejadian di luar negeri. Berbagai kejadian dari dalam negeri atau
sering disebut faktor internal yang melatarbelakangi pergerakan nasional,
misalnya perluasan pendidikan, kegagalan perjuangan di berbagai daerah, rasa
senasib sepenanggungan, dan perkembangan berbagai organisasi etnik kedaerahan.
Adapun berbagai hal
dari luar Indonesia (faktor eksternal) yang melatarbelakangi terjadinya
pergerakan nasional, antara lain munculnya paham-paham baru di dunia seperti
pan-Islamisme, nasionalisme, sosialisme, liberalisme, dan demokrasi. Beberapa
peristiwa seperti kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang 1905 dan
perkembangan berbagai organisasi pergerakan nasional di berbagai negara juga
menjadi faktor eksternal pendorong pergerakan nasional di Indonesia. Uraian
berikut akan menjelaskan hal- hal yang telah disebutkan di atas.
a.
Perluasan
Pendidikan
Pemerintah
Hindia Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis pada tahun 1901, yaitu dalam
bidang irigasi/pengairan, emigrasi/transmigrasi, dan edukasi/pendidikan. Tiga
kebijakan tersebut sebenarnya bertujuan memperbaiki kondisi masyarakat yang
semakin terpuruk. Namun, pelaksanaan kebijakan politik Etis tetap lebih
berpihak kepada penjajah. Dalam pelaksanaannya, banyak penyelewengan dalam
Politik Etis, seperti:
1)
Irigasi
hanya untuk kepentingan perkebunan Belanda.
2)
Emigrasi/transmigrasi
hanya untuk mengirim orang-orang Jawa ke luar Jawa guna dijadikan buruh
perkebunan dengan upah murah.
3)
Pendidikan
hanya sampai tingkat rendah, yang bertujuan memenuhi pegawai rendahan.
Pendidikan tinggi hanya untuk orang Belanda dan sebagian anak pejabat.
Segi positif
yang paling dirasakan bangsa Indonesia adalah pendidikan. Semakin banyak orang
Indonesia berpendidikan modern, yang kemudian mempelopori gerakan pendidikan,
sosial, dan politik. Pengaruh pendidikan inilah yang melahirkan para tokoh
pemimpin pergerakan nasional Indonesia.
Pendidikan
adalah investasi peradaban. Melalui pendidikan akan tertanamkan pengetahuan dan
kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia. Secara bertahap, mulai masuk abad XX,
kesempatan memperoleh pendidikan bagi rakyat Indonesia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda melalui Politik Etis
(Politik Balas Budi).
Politik
kolonial liberal yang memeras rakyat Indonesia menimbulkan keprihatinan
sebagian masyarakat Belanda. C. Theodore van Deventer menuangkan kritiknya
dalam sebuah majalah de Gids berjudul Een Eereschuld atau Debt of Honour
(Hutang Budi/ Hutang Kehormatan) yang terbit pada tahun 1899. Van Deventer
mengusulkan agar Belanda melakukan balas budi untuk bangsa Indonesia. Balas
budi yang diusulkan adalah dengan melakukan educatie, emigratie, dan irrigatie
(edukasi/pendidikan, emigrasi/perpindahan penduduk, dan irigasi/pengairan).
Kebijakan Politik Etis memungkinkan berdirinya sekolah-sekolah di berbagai
daerah di Indonesia.
Mulai abad XX,
perkembangan pendidikan yang diselenggarakan swasta juga semakin banyak. Perkembangan
pendidikan bukan hanya diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi juga oleh
berbagai organisasi sosial dan keagamaan. Misionaris (agama Katolik) dan
Zending (agama Kristen Protestan) mendirikan berbagai sekolah di pusat-pusat
penyebaran agama Kristen. Di beberapa kota berkembang pendidikan berdasarkan
keagamaan, seperti Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan
sebagainya. Sekolah kebangsaan juga tumbuh, seperti Taman Siswa dan sekolah-
sekolah yang didirikan organisasi pergerakan.
Pendidikan
sangat besar peranannya dalam menumbuhkembangkan nasionalisme. Pendidikan
menyebabkan terjadinya transformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat
pembaharuan masyarakat. Pada masa sekarang, kalian harus senantiasa berupaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
b.
Kegagalan
Perjuangan di Berbagai Daerah
Bangsa
Indonesia menyadari berbagai penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada
masa lalu. Salah satu penyebab kegagalan perjuangan tersebut adalah perlawanan
yang bersifat kedaerahan. Kalian tentu ingat beberapa perjuangan bangsa
Indonesia di berbagai daerah. Bagaimana seandainya para tokoh seperti Imam
Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pattimura, Sultan Hasanuddin, dan para tokoh
lainnya bersatu mengusir penjajah? Tentu Belanda akan mudah ditaklukkan.
Memasuki abad
XX, corak perjuangan bangsa Indonesia berubah dari bersifat kedaerahan, menuju
perjuangan yang bersifat nasional. Bangsa Indonesia menemukan identitas
kebangsaan sebagai perekat perjuangan bersama. Paham kebangsaan atau
nasionalisme telah tumbuh dan menjelma menjadi sarana perjuangan yang sangat
kuat. Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan momentum
penting, yaitu diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
c.
Rasa
Senasib Sepenanggungan
Perluasan kekuasaan Barat di
Indonesia telah memengaruhi perubahan politik, ekonomi, dan sosial bangsa
Indonesia. Tekanan pemerintah Hindia Belanda pada bangsa Indonesia telah
memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal
inilah yang mendorong tekad bersama untuk menghimpun kebersamaan dalam
pergerakan kebangsaan Indonesia.
d.
Perkembangan
Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan
Organisasi
pergerakan nasional tidak muncul begitu saja. Awalnya, organisasi yang berdiri
di Indonesia adalah organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan. Berbagai
organisasi tersebut sering melakukan pertemuan hingga akhirnya muncul ide untuk
mengikatkan diri dalam organisasi yang bersifat nasional. Bagaimana prosesnya?
Organisasi
etnis banyak didirikan para pelajar perantau di kota-kota besar. Mereka
membentuk perkumpulan berdasarkan latar belakang etnis. Beberapa contohnya
antara lain Serikat Pasundan serta Perkumpulan Kaum Betawi yang
dipelopori oleh M Husni Thamrin. Selain organisasi etnis, muncul juga
beberapa organisasi kedaerahan, seperti Trikoro Dharmo (1915), Jong Java
(1915), dan Jong Sumatranen Bond (1917).
Berbagai
organisasi bernapaskan keagamaan pada awal abad XX sangat memengaruhi
perkembangan kebangsaan Indonesia. Beberapa organisasi bernapas keagamaan yang
muncul pada masa awal abad XX antara lain Jong Islamiten Bond, Muda Kristen
Jawi, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat Islam), dan
Al-Jamiatul Washiyah.
Jong Islamieten
Bond (JIB) didirikan tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta dengan ketua Raden Sam.
Selain sebagai pusat dakwah Islam, JIB juga mengorganisir kegiatan seni,
budaya, sosial, penerbitan. Muda Kristen Jawi dibentuk tahun 1920, yang
kemudian berubah namanya menjadi Perkumpulan Pemuda Kristen (PPK).
Muhammadiyah
didirikan KH Ahmad Dahlan tanggal 18 Nopember 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah
mempunyai tujuan mengembangkan dakwah Islam, mengembalikan ajaran Islam sesuai
dengan Al Qur’an dan Sunnah (Hadits), membersihkan praktik keagamaan dari
syirik dan bid’ah, serta mengembangkan pendidikan agama dan umum secara modern.
Nahdlatul Ulama (NU) didirikan oleh para kiai pada tanggal 31 Januari 1926 di
Jawa Timur dengan pimpinan pertama KH
M. Hasyim
Asy’ari. NU cepat berkembang terutama di Jawa karena basis pesantren yang
sangat banyak di Jawa.
Kaum wanita juga
aktif berperan dalam berbagai organisasi baik organisasi sosial maupun politik.
Peran serta perempuan dalam memperjuangkan kemerdekaan telah ada sejak dahulu.
Beberapa tokoh pejuang wanita zaman dulu adalah RA Kartini, Dewi Sartika, dan
Maria Walanda Maramis. RA Kartini adalah putri Bupati Jepara Jawa Tengah yang
memperjuangkan emansipasi (persamaan derajat) antara laki-laki dan perempuan.
Beliau mendirikan sekolah khusus untuk perempuan.
Wawasan
Perjuangan
Tokoh Perempuan
Dewi Sartika
mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Maria Walanda Maramis mendirikan
sekolah di Gorontalo, Sulawesi. Dalam masa pergerakan nasional, kaum perempuan
aktif mendukung usaha persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka aktif
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada tahun 1912,
berdirilah Putri Mahardika di Jakarta. Aktivitasnya dalam pendidikan dan
penerbitan pers. Pada tahun 1914, Rohana Kudus mendirikan Kerajinan Amai Setia
di Gadang, Bukittinggi, Sumatra Barat. Rohana aktif dalam usaha mendirikan
sekolah-sekolah untuk perempuan.
Organisasi
Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1917 membentuk Aisyiah. Aisyiah merupakan
organisasi wanita Muhammadiyah yang pertama, dipimpin Siti Wardah, istri
pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Kegiatan Aisyiah terutama dalam bidang
dakwah, pendidikan, kesehatan, dan budaya.
Organisasi-organisasi
kaum perempuan juga mempunyai semangat perjuangan kebangsaan. Pada tanggal
22-25 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan di Yogyakarta. Kongres diikuti
tujuh organisasi perempuan. Mereka merespon Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan
pada 28 Oktober 1928. Kongres dipimpin RA Sukanto, dan berhasil membentuk
Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).
e.
Berkembangnya
Berbagai Paham Baru
Paham-paham baru seperti
pan-Islamisme, nasoonalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi menjadi
salah satu pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham- paham tersebut
mengajarkan bagaimana langkah-langkah memperbaiki kondisi kehidupan bangsa
Indonesia. Berbagai paham tersebut memengaruhi berbagai organisasi pergerakan
nasional Indonesia.
f.
Berbagai
Peristiwa dan Pengaruh dari Luar Negeri
Berbagai peristiwa di luar negeri
yang turut menjadi pendorong pergerakan kebangsaan Indonesia adalah sebagai
berikut.
1)
Kemenangan
Jepang atas Rusia pada tahun 1905
Pada tahun 1904-1905
terjadi peperangan Jepang melawan Rusia. Rusia adalah bangsa Eropa, sedangkan
Jepang adalah bangsa Asia. Tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia, dan
menjadi inspirasi negara-negara lain bahwa orang Asia bisa mengalahkan bangsa
Barat. Bangsa-bangsa Asia pun semakin yakin mampu melawan penjajah.
2)
Berkembangnya
nasionalisme di berbagai negara
Pada abad XX, negara-negara terjajah di Asia dan Afrika menunjukkan perjuangan pergerakan kebangsaan. Di India, wilayah jajahan Inggris, muncul pergerakan dengan tokoh-tokohnya Mahatma Gandhi dan Muhammad Ali Jinnah. Di Filipina, Jose Rizal memimpin perlawanan terhadap penjajah Spanyol. Di Tiongkok, muncul dr. Sun Yat Sen, yang terkenal dengan gerakan pembaharuannya.
2.
Organisasi
Pergerakan Nasional Indonesia
Kebangkitan nasional yaitu masa
lahirnya kesadaran bangsa Indonesia untuk berjuang bersama-sama dalam mengusir
penjajahan. Tentu, kalian masih ingat mengapa tanggal 20 Mei selalu diperingati
sebagai hari kebangkitan nasional. Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari lahir
Boedi Oetomo (Budi Utomo), organisasi modern pertama di Indonesia yang menjadi
tonggak pergerakan nasional Indonesia. Bagaimana sejarah lahirnya Budi Utomo
dan berbagai organisasi lainnya? Kalian akan menelusurinya melalui uraian di
bawah ini.
a.
Budi
Utomo (BU)
Pada awal abad
XX, sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di Pulau Jawa. Sekolah
kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van Inlandsche Artsen)
terdapat di Batavia (Jakarta). Para tokoh mahasiswa kedokteran sepakat untuk
memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan rakyat. Pada
tanggal 20 Mei 1908, mereka sepakat mendirikan sebuah organisasi bernama Budi
Utomo (BU) dan memilih dr Sutomo sebagai ketua. Tokoh lain pendiri Budi Utomo
adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan RT Ario Tirtokusumo.
b.
Sarekat
Islam (SI)
Pasar Klewer di
Solo atau Surakarta, Jawa Tengah. Pada masa penjajahan, pasar tersebut telah
ramai oleh para pedagang Indonesia, Arab, dan Tiongkok. Akibat persaingan yang
tidak sehat antara pedagang pribumi dan pedagang Tiongkok, pada tahun 1911
didirikan Serikat Dagang Islam (SDI) oleh KH Samanhudi dan RM Tirtoadisuryo di
Solo. Tujuan utama pada awalnya adalah melindungi kepentingan pedagang pribumi
dari ancaman pedagang Tiongkok. Saat itu, para pedagang Tiongkok menguasai
perdagangan di pasar, menggeser para pedagang lokal yang kurang pendidikan dan
pengalaman.
Dalam Kongres
di Surabaya tanggal 30 September 1912, SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI).
Perubahan nama dimaksudkan agar kegiatan organisasi lebih terbuka ke
bidang-bidang lain, tidak hanya perdagangan. Pada tahun 1913, SI dipimpin oleh
Haji Umar Said Cokroaminoto. Perjuangan SI sangat menarik rakyat karena
kegiatannya yang membela rakyat. Pada tahun 1915, jumlah anggota SI mencapai
800.000.
Pada tahun
1923, SI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam (SI) yang bersifat
nonkooperatif terhadap Belanda. Tahun 1927 PSI, menetapkan tujuan pergerakan
secara jelas, yaitu Indonesia merdeka berasaskan Islam.
c.
Indische
Partij (IP)
Indische Partij
(IP) adalah partai politik pertama di Indonesia. Gambar 2.18 merupakan pendiri
IP yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yakni E.F.E. Douwes Dekker
(Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr Cipto Mangunkusumo.
Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912. Tujuan IP sangat
jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia.
Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan
ras.
Pada tahun
1913, Belanda mempersiapkan pelaksanaan perayaan 100 tahun pembebasannya dari
kekuasaan Prancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati
hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang rencana tersebut. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul
Als Ik een Nederlander was (Seandainya Aku Orang Belanda). Suwardi mengecam
Belanda, katanya: Bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh
merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para
tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda
Wawasan
Pada tahun 1913, Belanda menyiapkan perayaan 100 tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan Prancis. Belanda meminta rakyat Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh IP menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, dengan menyatakan tidak masuk akal bangsa terjajah (Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para tokoh IP. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.
d.
Perhimpunan
Indonesia (PI)
Semula bernama
Indische Vereeniging, PI didirikan oleh orang-orang Indonesia di Belanda pada
tahun 1908. Pada tahun 1922, Indische Vereeniging berubah nama menjadi
Indonesische Vereeniging dengan kegiatan utama politik. Pada tahun 1925 berubah
menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Nama majalahnya Hindia Putra, yang kemudian
berubah menjadi Indonesia Merdeka.
Tujuan utama PI
adalah mencapai Indonesia merdeka, memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang
bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Tokoh-tokoh PI adalah Mohammad Hatta,
Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joyoadiningrat, Iwa Kusumasumantri, Sastro
Mulyono, Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir Datuk Pamuncak.
Pada tahun 1925, PI secara tegas
mengeluarkan manifesto arah perjuangan, yaitu:
a.
Indonesia
bersatu, menyingkirkan perbedaan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah.
b.
Diperlukan
aksi massa yang percaya pada kekuatan sendiri untuk mencapai Indonesia Merdeka.
c.
Melibatkan
seluruh lapisan masyarakat merupakan sarat mutlak untuk perjuangan kemerdekaan.
d.
Anasir
yang berkuasa dan esensial dalam tiap-tiap masalah politik.
e.
Penjajahan
telah merusak dan demoralisasi jiwa dan fisik bangsa, sehingga
b.
normalisasi
jiwa dan materi perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.
Manifesto 1925
sangat menggugah kesadaran bangsa Indonesia, serta sangat memengaruhi pola
pergerakan nasional bangsa Indonesia. Gagasan manifesto 1925 terealisasi saat
Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928.
Kongres Pemuda
I dilaksanakan tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta, dihadiri berbagai
organisasi pemuda. Kongres ini berhasil membentuk jaringan yang lebih kokoh
untuk mempersatukan diri, yang kemudian dilanjutkan dalam Kongres Pemuda II
tahun 1928.
Panitia Kongres
Pemuda II dibentuk tanggal 12 Agustus 1928 dengan ketuanya Sugondo Joyopuspito.
Susunan panitia mewakili wilayah di seluruh Indonesia. Beberapa tokoh panitia
kongres adalah Sugondo (PPPI), Joko Marsaid (Jong Java), M Yamin (Jong
Sumatranen Bond), Amir Syarifuddin (Jong Bataks Bond), Senduk (Jong Celebes) J
Leimena (Jong Ambon), Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond), dan tokoh-tokoh
lainnya.
Kongres II
diselenggarakan 27-28 Oktober 1928, dihadiri oleh perwakilan
organisasi-organisasi pemuda dari seluruh Indonesia. Dalam kongres ini,
keinginan untuk membentuk negara sendiri semakin kuat. Suasana kebangsaan
benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Akhirnya, tanggal 28 Oktober 1928,
dibacakanlah keputusan hasil Kongres Pemuda II, yang berupa ikrar pemuda yang
terkenal dengan Sumpah Pemuda.
Beberapa
keputusan penting Kongres II 27-28 Oktober 1928:
§ Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
§ Menetapkan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu
kebangsaan Indonesia.
§ Menetapkan bendera merah putih sebagai lambang negara Indonesia.
Realisasi hasil
kongres adalah didirikannya Indonesia Muda tahun 1930. Indonesia Muda
berasaskan kebangsaan dan bertujuan Indonesia Raya. Pemerintah Belanda sangat
menekan rapat-rapat yang diselenggarakan para tokoh pemuda. Lagu Indonesia Raya
dilarang dan penyebutan Indonesia Merdeka tidak diperbolehkan. Para tokoh
pemuda menyiasati tekanan ini. Pada Kongres III di Yogyakarta tahun 1938,
tujuan kemerdekaan nusa dan bangsa diganti dengan menjunjung tinggi martabat
nusa dan bangsa.
e.
Partai
Nasional Indonesia (PNI)
Partai Nasional
Indonesia (PNI) didirikan tanggal 4 Juli 1927 di Bandung, dipimpin Ir Soekarno.
Tujuan PNI adalah Indonesia merdeka, dengan ideologi nasionalisme. PNI
mengadakan kegiatan konkret baik politik, sosial, maupun ekonomi. Organisasi
ini terbuka dan revolusioner, sehingga PNI cepat meraih anggota yang
banyak. Pengaruh Soekarno sangat meresap dalam lapisan masyarakat.
Keikutsertaan Hatta dalam kegiatan politik Soekarno semakin membuat PNI sangat
kuat.
Kegiatan
politik PNI dianggap mengancam pemerintah Belanda, sehingga para tokoh PNI
ditangkap dan diadili tahun 1929.
Soekarno, Maskoen, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata diadili Belanda.
Pembelaan Soekarno di hadapan pengadilan diberi judul “Indonesia Menggugat”.
Sukarno dan kawan-kawan dihukum penjara.
Tahun 1931, PNI
dibubarkan. Selanjutnya Sartono membentuk Partindo. Adapun Mohammad Hatta dan
Sutan Syahrir mendirikan organisasi Pendidikan Nasional Indonesia. Para tokoh
partai tersebut kemudian ditangkap Belanda dan diasingkan ke Boven Digul,
Papua.
Selain lima
organisasi di atas, kalian dapat menemukan berbagai organisasi pada masa
pergerakan nasional. Sebagai contoh, pada tahun 1935 berdiri Parindra (Partai
Indonesa Raya) dengan beberapa tokoh seperti M Husni Thamrin, R Sukardjo, R
Panji Suroso, dan Mr Susanto. Gerindo (Gerakan Indonesia) didirikan di Jakarta
pada bulan April 1937. Pemimpinnya adalah mantan pimpinan Partindo yang
dibubarkan tahun 1937, seperti Amir Syarifuddin, Mr. M. Yamin, Mr. Sartono, dan
Dr. A.K. Gani. Golongan nasionalis mencoba menggunakan Volksraad sebagai media
perjuangan nasional. Dengan tujuan memperkuat wakil-wakil bangsa Indonesia,
tahun 1930. Husni Thamrin membentuk Fraksi Nasional. Pada tahun 1936, seorang
anggota Volksraad, Sutarjo mengajukan petisi menuntut kemerdekaan Indonesia
dalam masa 10 tahun. Petisi ini kemudian dikenal dengan nama Petisi Sutarjo.
Petisi tersebut ditolak Belanda dengan alasan bangsa Indonesia belum siap untuk
merdeka.
Para pejuang
pergerakan nasional kecewa, dan tidak terlalu berharap kepada Volksraad. Pada
tahun 1939, dibentuk federasi/gabungan dari beberapa organisasi politik yang
disebut Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Semboyan GAPI yang terkenal adalah
“Indonesia Berparlemen”.
Para penggerak
organisasi modern pada masa pergerakan nasional umumnya adalah para pemuda
pelajar atau terdidik. Hal ini menunjukkan bahwa pemuda merupakan tulang
punggung pergerakan nasional.
Kalian adalah bagian dari para pemuda pada masa sekarang. Gunakan
hidupmu untuk membangun bangsa ini, salah satunya dengan aktif di berbagai
organisasi. Aktif di organisasi pramuka, kerohanian remaja , dan karangtaruna
merupakan contoh mengamalkan semangat berorganisasi para pemuda pada masa
pergerakan nasional.
*Rujukan :
*Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 8 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
0 Comments:
Posting Komentar
Bagikan Komentarmu