Tugas 4 (Pilihan Ganda) Mapel IPS Bab IV Kelas VII Tahun Pelajaran 20/21 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Semarang
Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
5.
Perlawanan
terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
Pada masa lalu, Indonesia hanya
dianggap sebuah provinsi bagi bangsa Belanda, namun tidak diperlakukan sama
dengan masyarakat Belanda di Eropa. Belanda hanya menguras kekayaan Indonesia
untuk kemakmuran negerinya. Bagaimanakah reaksi masyarakat Indonesia? Tentu
saja mereka melawan. Mari pelajari lebih lanjut perlawanan- perlawanan yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan mencermati uraian berikut!
a.
Perlawanan
terhadap Persekutuan Dagang
1)
Sultan
Baabullah Mengusir Portugis
Konflik antara
kerajaan di Indonesia dan persekutuan/kongsi dagang Barat terjadi sejak para
kongsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Sebagai contoh, Pada tahun 1529
terjadi perang antara Tidore dan Portugis.
Penyebab
utamanya adalah Portugis menghalang-halangi perdagangan Banda dengan Tidore.
Portugis menembaki jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli cengkih ke
Tidore. Tidore tidak terima dengan tindakan armada Portugis, lalu melakukan
perlawanan. Dalam perang tersebut, Portugis berhasil mengadu domba Kerajaan
Ternate dan Tidore. Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan.
Akhirnya, Portugis mendapat kemenangan.
Rakyat Maluku
sadar bahwa Portugis hanya akan merusak perdamaian. Sultan Hairun berhasil
menyatukan rakyat dan mengobarkan perlawanan pada tahun 1565. Portugis terus
terdesak oleh gempuran tentara kerajaan yang didukung rakyat. Portugis
menawarkan perundingan kepada Sultan Hairun. Sultan Hairun adalah raja yang
cinta damai sehingga menerima ajakan Portugis.
Pada tahun
1570, bertempat di Benteng Sao Paolo, terjadi perundingan antara Sultan dan
Portugis. Pada awal perundingan semua berjalan seperti sebuah pertemuan pada
umumnya, yaitu membicarakan suatu hal penting. Pada saat itu, Sultan Hairun
tidak menaruh curiga sedikit pun.
Ia merasa bahwa
perdamaian jauh lebih baik. Namun, pada saat perundingan berlangsung tanpa
disangka-sangka tiba-tiba Portugis menangkap Sultan Hairun dan pada saat itu
juga membunuhnya.
Kelicikan dan kejahatan Portugis
tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Maluku. Sultan Baabullah (putera Sultan
Hairun) dengan gagah melanjutkan perjuangan ayahandanya dengan memimpin
perlawanan. Pada saat bersamaan, Ternate dan Tidore bersatu melancarkan
serangan terhadap Portugis. Akhirnya, pada tahun 1575, Portugis berhasil diusir
dari Ternate. Selanjutnya, Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon. Pada
tahun 1605, Portugis berhasil diusir oleh VOC dari Ambon. Portugis kemudian
menyingkir ke Timor Timur/Timor Leste dan melakukan kolonisasi di tempat itu.
2)
Perlawanan
Aceh
Tahukan kalian bahwa selain di
Ternate dan Tidore, perlawanan masyarakat Indonesia terhadap Portugis juga
dilakukan oleh rakyat Aceh di Pulau Sumatra. Pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda (1607-1639), armada Aceh telah disiapkan untuk menyerang
kedudukan Portugis di Malaka. Saat itu, Aceh telah memiliki armada laut yang
mampu mengangkut 800 prajurit. Pada saat itu, wilayah Kerajaan Aceh telah
sampai di Sumatra Timur dan Sumatra Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menaklukkan Portugis, tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil
mendapat kemenangan. Meskipun demikian, Aceh masih tetap berdiri sebagai
kerajaan yang merdeka.
3)
Ketangguhan
“Ayam Jantan dari Timur”
Kalian tentu
tidak asing dengan nama Sultan Hasanuddin. Tokoh ini sangat ditakuti Belanda
karena ketangguhannya melawan Belanda sehingga disebut sebagai “Ayam Jantan
dari Timur”.
Sultan
Hasanuddin adalah Raja Gowa di Sulawesi Selatan. Suatu ketika, Kerajaan Gowa
(Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka) berselisih paham. Hal ini
dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba kedua kerajaan tersebut. VOC memberikan
dukungan, sehingga Bone menang saat perang dengan Gowa tahun 1666. Sultan
Hassanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Perjanjian
Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC. Isi dari perjanjian
Bongaya sebagai berikut.
a)
Belanda
memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar;
b)
Belanda
mendirikan benteng pertahanan di Makassar;
c)
Makassar
harus melepaskan daerah kekuasaannya berupa daerah di luar Makassar;
d)
Aru
Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Perjanjian
Bongaya telah memangkas kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di
Sulawesi. Tinggal kerajaan-kerajaan kecil, yang sulit melakukan perlawanan
terhadap VOC.
4)
Serangan
Mataram terhadap VOC
Mataram adalah
kerajaan besar di Jawa Tengah. Keberadaan VOC di Batavia sangat membahayakan
Mataram. Pada awalnya, Mataram dengan Belanda dianggap menjalin hubungan baik.
Belanda diizinkan mendirikan benteng gudang (loji) untuk kantor dagang di
Jepara pada tahun 1615. Belanda juga memberikan dua meriam untuk Kerajaan
Mataram.
Perselisihan
antara Mataram dan Belanda terjadi karena nafsu monopoli Belanda. Pada tanggal
8 November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen memerintahkan van
der Marct menyerang Jepara. Kerugian Mataram sangat besar. Peristiwa tersebut
memperuncing perselisihan antara Mataram dan Belanda. Raja Mataram Sultan Agung
segera mempersiapkan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia. Serangan
pertama dilakukan pada tahun 1628. Pasukan Mataram dipimpin Tumenggung
Baurekso, yang tiba di Batavia tanggal 22 Agustus 1628. Selanjutnya, menyusul
pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara yaitu Kiai Dipati
Mandurejo dan Upa Santa.
Mengapa
serangan pertama mengalami kegagalan? Hal ini terjadi selain karena kurangnya
perbekalan, juga disebabkan Mataram kurang matang dalam memperhitungkan medan
pertempuran. Faktor lain adalah persenjataan Belanda jauh lebih modern
dibandingkan tentara Mataram.
Serangan
pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal sehingga terpaksa pasukan ditarik
kembali ke Mataram tanggal 3 Desember 1628. Pada serangan tersebut, tidak
kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam medan pertempuran. Mataram segera
mempersiapkan serangan kedua, dengan pimpinan Kyai Adipati Juminah, K.A. Puger,
dan K.A. Purbaya. Persiapan dilakukan dengan lebih matang. Gudang-gudang dan
lumbung persediaan makanan didirikan di berbagai tempat. Setelah semua
persiapan selesai, pengepungan secara total terhadap Batavia pun dilakukan.
Serangan dimulai pada tanggal 1 Agustus dan berakhir 1 Oktober 1629. Namun,
serangan kedua ini pun gagal, karena faktor kelemahan yang sama seperti pada
serangan pertama serta lumbung padi persediaan makanan banyak dihancurkan
Belanda sehingga semakin memperlemah kekuatan Mataram.
Pada tahun
1799, terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme
Barat di Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut hingga dibubarkan. Keberadaan VOC
sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda pemerintahan di negeri jajahan
seperti di Indonesia tidak dapat dilanjutkan lagi. Pada tanggal 31 Desember
1799, VOC dinyatakan bubar. Semua utang piutang dan segala milik VOC diambil
alih oleh pemerintah. Setelah dibubarkannya VOC, Indonesia berada langsung di
bawah pemerintah Hindia Belanda.
b.
Perlawanan
terhadap Pemerintah Hindia Belanda
Perlawanan terhadap pemerintah
Hindia Belanda terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Abad XIX merupakan
puncak perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah menentang Pemerintah
Hindia Belanda. Kegigihan perlawanan rakyat Indonesia menyebabkan Belanda
mengalami krisis keuangan untuk membiayai perang. Perlawanan di berbagai daerah
tersebut belum berhasil membuahkan kemerdekaan. Semua perlawanan dipadamkan dan
kerajaan-kerajaan di Indonesia semakin mengalami keruntuhan. Bagaimana proses
perlawanan rakyat Indonesia
1)
Perang
Saparua di Ambon
Kalian masih
ingat kekuasaan Inggris yang menggantikan Belanda pada tahun 1811-1816?
Peralihan kekuasaan tersebut menyadarkan rakyat bahwa Belanda bukanlah kekuatan
yang paling hebat. Ketika Belanda kembali berkuasa di Indonesia tahun 1817,
rakyat Ambon mengadakan perlawanan, di bawah pimpinan Thomas Matulesi
(Pattimura).
Pattimura
memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil merebut benteng Belanda serta
membunuh Residen van den Berg. Dalam perlawanan tersebut, turut serta pula
seorang pahlawan wanita bernama Christina Martha Tiahahu yang merupakan putri
tunggal dari Paulus Tiahahu, teman dari Kapten Pattimura. Perlawanan Pattimura
dapat dikalahkan setelah bantuan Belanda dari Batavia datang. Pattimura bersama
tiga pengikutnya ditangkap dan dihukum gantung. Untuk memperdalam pemahamanmu
tentang perjuangan Pattimura, carilah buku biografinya!
2)
Perang
Paderi di Sumatra Barat (1821-1838)
Minangkabau,
Sumatra Barat merupakan salah satu pusat gerakan kebangkitan Islam di
Indonesia. Gerakan pemurnian ajaran Islam dibawa oleh para haji yang pulang
dari Mekah. Tokohnya adalah Haji Miskin, Haji Sunanik, dan Haji Piobang.
Kelompok pembaharu Islam di Sumatra Barat ini disebut sebagai kaum Padri.
Mereka terpengaruh oleh para pembaharu Islam di Timur Tengah, dan menggelorakan
semangat kembali pada kebangkitan Islam.
Ide pembaharuan
Kaum Paderi berbenturan dengan kelompok adat atau kaum penghulu. Belanda
memanfaatkan perselisihan tersebut dengan mendukung kaum adat yang posisinya
sudah terjepit.
Perlawanan kaum
Padri dengan sasaran utama Belanda meletus tahun 1821. Kaum Padri dipimpin
Tuanku Imam Bonjol (M Syahab), Tuanku nan Cerdik, Tuanku Tambusai, dan Tuanku
nan Alahan. Perlawanan kaum Padri berhasil membuat Belanda terpojok. Sementara
itu, Belanda menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda
sadar apabila pertempuran dilanjutkan, Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak
kaum Padri berdamai, yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 November 1825.
Selanjutnya, Belanda berkonsentrasi ke Perang Diponegoro.
Belanda
berhasil memadamkan perlawanan Diponegoro. Setelah itu, Belanda kembali
melakukan penyerangan terhadap kedudukan Padri. Kaum adat yang semula bermusuhan
dengan kaum Padri akhirnya mendukung perjuangan Padri. Bantuan dari Aceh juga
datang untuk mendukung pejuang Padri. Belanda benar- benar menghadapi musuh
yang tangguh.
Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya. Dengan siasat tersebut, Belanda akhirnya menang, yang ditandai dengan jatuhnya benteng pertahanan terakhir Padri di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun 1864. Berakhirnya Perang Padri membuat kekuasaan Belanda di Minangkabau semakin besar. Keadaan ini kemudian mendukung usaha Belanda untuk menguasai wilayah Sumatra yang lain.
3)
Perang
Diponegoro (1825-1830)
Perang
Diponegoro merupakan salah satu perang besar yang dihadapi Belanda. Perlawanan
Pangeran Diponegoro tidak lepas dari kegelisahan dan penderitaan rakyat akibat
penindasan yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda. Campur tangan pemerintah
Hindia Belanda dalam urusan Keraton Yogyakarta merupakan salah satu penyebab
kegelisahan rakyat. Pajak-pajak yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda dan
kebijakan ekonomi lainnya menjadi sumber penderitaan rakyat, yang ikut juga
melatarbelakangi Perang Diponegoro.
Salah satu
bukti campur tangan politik Belanda adalah dalam urusan politik Kerajaan
Yogyakarta terjadi ketika pada tahun 1822 Hamengkubuwono IV wafat. Di dalam
keraton muncul perselisihan tentang penggantinya. Saat itu, putra mahkota baru
berumur 3 (tiga) tahun. Keadaan ini menjadi kesempatan bagi Belanda untuk
campur tangan dalam urusan kerajaan.
Beberapa
tindakan Belanda yang dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya
masyarakat menjadi penyebab lain kebencian rakyat kepada Belanda.
Berbagai kegelisahan
dan penderitaan yang lama berlangsung
dipicu oleh berbagai peristiwa yang membuat rakyat marah. Sebagai contoh, saat
membangun jalan baru pada bulan Mei 1825, Belanda dan Patih Danurejo memasang
patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro. Terjadi
perselisihan saat pengikut Diponegoro Patih Danureja IV mencabuti patok-patok
tersebut. Belanda segera mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran Diponegoro.
Perang tidak dapat dihindarkan. Pada tanggal 20 Juli 1825, Tegalrejo yang
menjadi basis pengikut Diponegoro direbut dan dibakar Belanda.
Diponegoro
meninggalkan kota dan menyusun strategi perlawanan di luar Kota Yogyakarta.
Perang Jawa dikumandangkan (1825-1830) untuk mengusir Belanda. Perlawanan
tersebut menular sampai Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Belanda
berusaha membujuk para pejuang dengan memulangkan Hamengkubuwono II dari
pengasingannya di Ambon. Namun, langkah ini gagal memadamkan perlawanan.
Selanjutnya, Belanda menerapkan siasat Benteng- Stelsel. Dengan sistem ini,
Belanda mampu memecah belah jumlah pasukan musuh. Belanda berhasil menangkap
Kyai Maja dan Pangeran Mangkubumi. Belanda kemudian juga berhasil meyakinkan
panglima Sentot Prawiryodirjo untuk membuat perjanjian perdamaian.
Wawasan
Perang
Diponegoro adalah sebuah perang yang besar. Sebanyak 8.000 serdadu Belanda dan
7.000 tentara sewaan Belanda tewas. Lebih dari 200.000 penduduk Jawa Tengah dan
Yogyakarta meninggal. Betapa gigihnya bangsa Indonesia untuk menegakkan
keadilan dan mempertahankan harga diri. Pengorbanan dan kegigihan yang perlu
kalian teladani.
Pada bulan Maret 1830, Diponegoro
bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang, Jawa Tengah.
Perundingan tersebut hanya sebagai jalan tipu muslihat karena ternyata Diponegoro
ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian ke Makassar hingga wafat tahun
1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro), tidak ada lagi perlawanan
yang besar di Jawa.
4)
Perang
Aceh
Traktat London
tahun 1871 menyebut Belanda menyerahkan Sri Lanka kepada Inggris, dan Belanda
mendapat hak atas Aceh. Berdasarkan traktat tersebut, Belanda mempunyai alasan
untuk menyerang istana Aceh. Saat itu, Aceh masih merupakan negara merdeka.
Belanda juga membakar Masjid Baiturrahman yang menjadi benteng pertahanan Aceh
5 April 1873.
Semangat jihad
(perang membela agama Islam)
menggerakkan perlawanan rakyat Aceh. Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran
di depan Masjid Baiturrahman, Banda Aceh. Kohler meninggal dekat dengan pohon
yang sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan
sistem bertahan dalam benteng besar oleh Belanda tidak berhasil. Belanda
semakin terdesak, korban semakin besar, dan keuangan terus terkuras.
Belanda sama
sekali tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakyat Aceh. Menyadari
hal tersebut, Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgronje yang memakai nama samaran
Abdul Gafar. Sebagai seorang ahli bahasa, sejarah, dan sosial Islam, ia
dimintai masukan atau rekomendasi tentang cara-cara mengalahkan rakyat Aceh.
Setelah lama belajar di Arab, Snouck Hurgronje memberikan saran-saran kepada
Belanda mengenai cara mengalahkan orang Aceh. Menurut Hurgronje, Aceh tidak
mungkin dilawan dengan kekerasan, sebab karakter orang Aceh tidak akan pernah
menyerah. Jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi.
Taktik yang
paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara golongan Uleebalang
(bangsawan) dan kaum ulama. Belanda menjanjikan kedudukan pada Uleebalang yang
bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang yang tertarik pada
tawaran Belanda. Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang
apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898, kedudukan Aceh semakin
terdesak.
Banyak tokohnya
yang gugur. Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 1899. Sultan
Aceh Mohammad Daudsyah ditawan pada tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal
di Batavia. Panglima Polem Mohammad Daud juga menyerah pada tahun 1903. Cut
Nyak Dien, tokoh pemimpin perempuan, ditangkap tahun 1906, kemudian diasingkan
ke Sumedang.
Pahlawan perempuan Cut Meutia gugur
pada tahun 1910. Perlawanan Aceh pun terus menyusut. Hingga tahun 1917, Belanda
masih melakukan pengejaran terhadap sisa-sisa perlawanan Aceh. Belanda
mengumumkan berakhirnya Perang Aceh pada tahun 1904. Namun demikian, perlawanan
seporadis rakyat Aceh masing berlangsung hingga tahun 1930an.
5)
Perlawanan
Sisingamangaraja, Sumatra Utara
Perlawanan
terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukan oleh Sisingamangaraja XII.
Perlawanan ini, yang dinamakan juga Perang Batak, berlangsung selama 29 tahun.
Pertempuran diawali dari Bahal Batu, yang menjadi pusat pertahanan Belanda
tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang Batak, Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak. Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga seluruh Tapanuli dapat dikuasai Belanda.
6)
Perang
Banjar
Perang Banjar
berawal ketika Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan
Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjidillah yang tidak
disukai rakyat.
Perlawanan dilakukan oleh Prabu Anom
dan Pangeran Hidayat. Pada tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan
setelah Prabu Anom ditangkap Belanda. Pasukan Pangeran Antasari dapat didesak.
Pada tahun 1862, Pangeran Hidayat menyerah, dan berakhirlah perlawanan Banjar
di Pulau Kalimantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905
7)
Perang
Jagaraga di Bali
Perang Jagaraga
berawal ketika Belanda dan Kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan
karang. Hak tawan karang menyatakan bahwa setiap kapal yang kandas di perairan
Bali menjadi hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda memprotes raja
Buleleng yang menyita 2 (dua) kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak menerima
tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya. Persengketaan ini
menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap Kerajaan Buleleng pada tahun
1846. Belanda berhasil menguasai Kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng
menyingkir ke Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.
Setelah
berhasil merebut Benteng Jagaraga, Belanda melanjutkan ekspedisi militer tahun
1849. Dua kerajaan Bali, yaitu Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran Belanda
pada tahun 1906. seluruh kerajaan di Bali pun jatuh ke pihak Belanda setelah
rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan perang puputan
jagaraga.
Wawasan
Puputan
Margarana
Untuk melawan
musuh rakyat Bali tidak segan-segan melakukan perang puputan. Pada tahun 1946,
perang puputan terjadi lagi saat pasukan I Gusti Ngurah Rai melawan Belanda.
Pada 20 November 1946, sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai mengadakan
pengurungan terhadap Desa Marga. Dalam pertempuran sengit itu, semua anggota
pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.
Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan “Puputan” atau perang habis-habisan di
Desa Margarana sehingga semua pasukan yang berjumlah 96 orang gugur, termasuk
Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang
yang tewas.
*Rujukan :
*Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 8 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dan Peninggalan-Peninggalan Masa Hindu-Buddha
3.
Kerajaan-Kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia
Lahirnya
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa pemerintahan
kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Kepulauan
Indonesia berkembang dengan pesat.
a.
Kerajaan
Kutai
Kerajaan Kutai
berdiri sekitar abad ke-5. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Informasi tentang awal mula Kutai
diketahui dari Yupa. Ada tujuh buah Yupa yang menjadi sumber utama bagi para
ahli untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang
berfungsi sebagai tugu peringatan.
Yupa ini
dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.Prasasti Yupa ditulis dengan
huruf pallawa dan bahasa sanskerta.Berdasarkan salah satu isi Prasasti Yupa,
kita dapat mengetahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kutai, yaitu
Kundungga, Aswawarman dan Mulawarman.
Nama Kundungga
tidak dikenal dalam bahasa India, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nama
tersebut merupakan nama asli daerah tersebut. Kundungga mempunyai anak bernama
Aswawarman dan cucu yangbernama Mulawarman.Dua nama terakhir merupakan nama
yang mengandung unsur India. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu pada
keluarga kerajaan itu sudah mulai masuk pada masa Kundungga yang dibuktikan
dengan diberikannya nama Hindu pada anaknya.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan bahwa raja Mulawarman telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Kutai adalah usaha peternakan. Disamping peternakan, masyarakat Kutai melakukan pertanian. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung untuk pertanian. Selain itu, masyarakat Kutai juga melakukan perdagangan. Diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampaidi Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai.
b.
Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan
Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan berdiri
pada abad ke–5 Masehi.Berdasarkan catatan
sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat
bahwa kerajaan Tarumanegaa adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sumber sejarah
mengenai kerajaan Tarumanagara diketahui dari prasasti- prasasti yang
ditinggalkannya. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Sampai saat ini ada ditemukan 7 buah prasasti, yaitu: prasasti Kebon Kopi,
prasati Ciaruteun, prasasti PasirAwi, Prasasti Jambu, prasati Muara Cianten, dan
prasasti Tugu. Selain itu, sumber lain tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh
dari catatan seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien. Dalam perjalanan ke
Indiaia singgah di Ye-Po-Ti (Pulau Jawa).
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai kehidupan masyarakat
Tarumanegara.Mata pencahariannya adalah bertani dan berdagang. Menurut berita
yang ditulis Fa-Hien barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu
dan perak.Fa-Hien juga menjelaskan di Tarumanegaa terdapat tiga agama, yakni
agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme. Raja memeluk agama Hindu.
Raja yang
terkenal dari Kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman.Ia dikenal sebagai raja
yang gagah berani dan tegas. Ia juga dekat dengan para brahmana dan rakyatnya.
Ia raja yang jujur, adil, dan arif dalam memerintah. Untuk memajukan bidang
pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah
saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu disebut dengan Sungai
Gomati. Saluran itu selain berfungsi sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya
banjir.
c.
Kerajaan
Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah
satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Indonesia. Kerajaan ini mampu
mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan menguasai lalu lintas
pelayaran dan perdagangan dari Selat Malaka, Selat Sunda, hingga Laut Jawa.
Sumber sejarah
kerajaan Sriwijaya diperoleh dari prasasti yang berasal dari dalam negeri dan
prasasti dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari dalam negeri antara lain:
prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuwo, prasasti Telaga Batu, prasasti
Kota Kapur, prasasti Karang Berahi, prasasti Palas Pasemah dan Amoghapasa.
Adapun Prasasti yang berasal dari luar negeri antara lain: prasasti Ligor,
prasati Nalanda, prasasti Canton, prasasti Grahi dan prasati Chaiya. Sumber
sejarah lain tentang kerajaan Sriwijaya diperoleh dari seorang pendeta Cina yang
bernama I-tsing.
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, diperoleh keterangan mengenai Kerajaan Sriwijaya
sebagai berikut.
1.
Kerajaan
Sriwijaya pernah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha di Asia Tenggara.
2.
Pulau
Bangka dan Jambi Hulu telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686
Masehi.
3.
Pada
awal abad ke-11 Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala (India) melakukan
penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya. Penyerbuan Colamandala dapat
dipukul mundur namun berhasil melemahkan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan
Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai dan di tepi
Sungai Musi. Pada mulanya masyarakat Sriwijaya hidup dengan bertani. Namun
karena berdekatan dengan pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian
perdagangan menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Sriwijaya.
Perkembangan
perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di
persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang dari India ke Cina
atau dari Cina ke India singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang
yang akan ke Cina. Para pedagang melakukan bongkar muat barang dagangan di
Sriwijaya Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat
perdagangan. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan
laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu
menguasai kawasan perairan Asia Tenggara, perairan di Laut Natuna, Selat
Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa.
Selain menjadi
pusat perdagangan, kerajaan Sriwijaya juga berkembang menjadi pusat agama
Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Menurut catatan pendeta I-Tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha. Pada tahun 671 M,
I-Tsing pernah berdiam di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta sebagai
persiapan kunjungannya ke India. Seperi halnya I-tsing, para pendeta Cina
lainnya yang akan belajar agama Buddha ke India dianjurkan untuk belajar
terlebih dahulu di Sriwijaya selama satu sampai dua tahun. Disebutkan juga
bahwa para pendeta yang belajar agama Buddha itu dibimbing oleh seorang guru
yang bernama Sakyakirti. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa kerajaan
Sriwijaya sejak abad ke-7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha.
Raja yang
terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar
abad ke-9 M. Pada masapemerintahannya, Sriwijaya mencapai masa kejayaan.
Wilayah kekuasaan Sriwijaya berkembang luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara
lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian
tengah, sebagian Kalimantan, dan Semenanjung Melayu.
Pada abad ke-11
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai mundur. Salah satu penyebabnya adalah
penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya oleh Raja Rajendracola dari Colamandala.
Pada tahun 1017 M, kerajaan Colamandala mengadakan serangan pertama.Serangan
kedua dilakukan pada tahun 1025 M. Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur,
namun kekuatan armada laut Sriwijaya mengalami kemunduran. Akibat peperangan
ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur dan tenggelam. Hal ini menyebabkan
Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Pada tahun 1377 armada
laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan
Sriwijaya.
d.
KerajaanMataram
Kuno
Kerajaan
Mataram Kuno berdiri pada pertengahan abad ke-8.Kerajaan inidiperintah oleh dua
dinasti, yaitu dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Sailendra yang
beragama Buddha. Kedua dinasti itu saling mengisi pemerintahan dan
kadang-kadang memerintah bersama-sama.
Sumber sejarah
kerajaan Mataram Kuno diperoleh dari prasasti peninggalannya. Prasasti tersebut
diantaranya adalah prasasti Canggal, prasasti Kalasan, prasasti Ligor, prasasti
Nalanda, prasasti Klurak, dan prasasti Mantyasih.
Kehidupan
politik kerajaan Mataram Kuno diwarnai dengan pemerintahan dua dinasti yang
silih berganti.Berdasarkan prasasti Canggal, diketahui Mataram Kuno mula-mula
diperintah oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh keponakannya yang bernama
Sanjaya.Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup aman
dan tenteram. Hal ini terlihat dari prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa
tanah Jawa kaya
akan padi dan emas.Setelah Raja
Sanjaya, Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan
disebutkan bahwa Rakai Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan
memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk
para pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan. Hal
ini menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama
Buddha.
Sepeninggal
Rakai Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Satu pemerintahan
dipimpin oleh keluarga Sanjaya yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah
Jawa bagian selatan. Satu pemerintahan lagi dipimpin oleh keluarga Syailendra
yang menganut agama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Raja-raja yang
berkuasa dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti
Mantyasih. Adapun raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera
dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda dan prasasti Klurak.
Perpecahan
tersebut tidak berlangsung lama. Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya mengadakan
perkawinan dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Melalui perkawinan
ini, Mataram Kuno dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan
Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas, meliputi Jawa Tengah
dan Timur.Sepeninggal Rakai Pikatan, Mataram Kuno diperintah oleh Dyah
Balitung. Ia memerintah pada tahun 898-911 M. Pada masa pemerintahannya,
Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan.
Raja-raja yang
memerintah Mataram Kuno selanjutnya, yaitu Raja Daksa memerintah tahun 910–919
M, Raja Tulodong memerintah tahun 919–924 M, dan Sri Maharaja Rakai Wawa
memerintah tahun 924 - 929 M. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa
terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi yang memporak- porandakan daerah Jawa
Tengah. Melihat situasi kerajaan yang tidak aman, Mpu Sindok sebagai pejabat
dalam pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa memindahkan pusat kerajaan ke Jawa
Timur. Selain terjadinya bencana alam, perpindahan ini disebabkan oleh
serangan-serangan dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram Kuno
makin terdesak ke wilayah timur.
Kehidupan
ekonomi masyarakat Mataram Kuno bersumber dari usaha pertanian karena letaknya
di pedalaman.Selain pertanian, masyarakat Mataram Kuno juga mengembangkan
kehidupan maritim dengan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Dalam bidang
kebudayaan, Mataram kuno banyak menghasilkan karya berupa candi dan stupa.
Keluarga Sanjaya yang beragama Hindu meninggalkan candi-candi seperti kompleks
Candi Dieng, kompleks Candi Gedongsongo dan Candi Prambanan. Adapun keluarga
Syailendra yang beragama Buddha meninggalkan stupa seperti Borobudur, Mendut,
dan Pawon.
e.
Kerajaan
Medang
Sebelumnya
sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ibu kotanya terletak di dekat Jombang di tepi Sungai
Brantas. Selanjutnya, Mpu Sindok ini mendirikan dinasti baru yang bernama
dinasti Isyana menggantikan dinasti Syailendra.
Sumber sejarah
yang berkenaan dengan kerajaan Medang di Jawa Timur antara lain Prasasti
Pucangan, Prasasti Anjukladang dan Pradah, Prasasti Limus, Prasasti Sirahketing,
Prasasti Wurara, Prasasti Semangaka, Prasasti Silet, Prasasti Turun Hyang, dan
Prasasti Gandhakuti. Sumber yang lain adalah berita dari India dan Cina.
Pendiri
Kerajaan Mataram (di Jawa Timur) adalah Mpu Sindok sekaligus sebagai raja
pertama dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikrama Isyanatunggawijaya.
Ia menikah dengan Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang bernama Sri
Makutawang Swardhana yang kemudian naik tahta menggantikan ibunya.
Sri
Makutawang Swardhana digantikan
oleh Sri Dharmawangsa
Teguh Anantawikrama. Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa
Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya
mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya akan tetapi upaya ini mengalami
kegagalan.
Pada tahun
1016, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Diduga penyerangan ini terjadi atas
dorongan kerajaan Sriwijaya. Serangan ini terjadi pada saat Dharmawangsa sedang
melaksanakan perkawinan antara puterinya dengan Airlangga, putra Raja Udayana
dari Bali. Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa
sendiri. Hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri.Bersama seorang
pengikutnya yang bernama Norotama, Airlangga bersembunyi di Wonogiri (hutan
gunung) dan hidup sebagai seorang pertapa.
Pada tahun
1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja menggantikan Dhamawangsa oleh para
pendeta Buddha.Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya.
Airlangga membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India
Selatan. Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan kembali
daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga
memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.
Pada tahun
1042, Airlangga menyerahkan kekuasaanya pada putrinya yang bernama Sangrama
Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi
seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Selanjutnya Airlangga memerintahkan
Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan, yaitu Panjalu dengan ibu kota Daha dan
Jenggala yang ber ibukota di Kahuripan. Hal itu dilakukan untuk mencegah
terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selir.
Kehidupan
ekonomi kerajaan Medang banyak bergantung kepada pelayaran dan perdagangan.
Kerajaan Sriwijaya menjadi saingan berat bagi kerajaan Medang karena waktu itu
Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut India - Indonesia - Cina. Hal inilah
yang menyebabkan Raja Dharmawangsa berusaha mematahkan monopoli perdagangan
Sriwijaya. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan Hujung Galuh
di Muara Kali Brantas diperbaiki.Pelabuhan Hujung Galuh kemudian menjadi Bandar
perdagangan yang ramai.Banyak pedagang asing singgah di kedua pelabuhan itu,
seperti pedagang dari India, Burma, Kamboja, dan Champa.Selain itu, dibangun
pula bendungan Waringin Sapta.Bendungan ini berguna untuk mengairi sawah-sawah
penduduk dan mencegah luapan kali brantas yang mengganggu aktivitas
perdagangan.
Bidang sastra
juga mendapat perhatian.Pada masa pemerintahan Dharmawangsa kitab Mahabarata
disadur dalam bahasa Jawa Kuno. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga,
Mpu Kanwa menggubah kitab Arjunawihaha.
f.
Kerajaan
Kediri
Munculnya
Kerajaan Kediri berawal dari pembagian kerajaan oleh Airlangga menjadi Janggala
dan Panjalu (Kediri). Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Kali Brantas. Tujuan
Airlangga membagi kerajaan adalah untuk mencegah perpecahan antara kedua
putranya. Akan tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Setelah Airlangga
wafat pada tahun 1049 M, terjadi perang antara Janggala dan Panjalu (Kediri).
Perang ini berakhir dengan kekalahan Janggala. Kerajaan kembali dipersatukan di
bawah kekuasaan Panjalu (Kediri).
Sumber sejarah
kerajaan Kediri antara lain prasasti Padlegan, prasasti Panumbangan, prasasti
Hantang atau Ngantang, prasasti Talan dan Prasasti Desa Jepun. Raja-raja yang
memerintah di Kediri antara lain Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara,
Kameswara dan Kertajaya. Pada masa Jayabaya kerajaan Kediri mencapai puncak
kejayaan. Awal masa pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat pertentangan dengan
Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil memadamkan
kekacauan itu. Sebagai bukti, adanya prasasti Hantang yang memuat tulisan
panjalu jayati, artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang kemenangan
Panjalu atas Jenggala. Setelah itu, Jayabaya mulai menata dan mengembangkan
kerajaannya.
Kehidupan
ekonomi kerajaan Kediri bersumber dari usaha pertanian, pelayaran dan
perdagangan. Hasil utama pertanian masyarakat Kediri adalah beras. Pelayaran
dan perdagangan juga berkembang, hal ini ditopang oleh armada laut Kediri yang
cukup tangguh.Dalam perdagangan benda-benda yang diperdagangkan antara lain
adalah emas, perak, gading, kayu cendana, dan hasil bumi lainnya.
Perkembangan
seni pada masa kerajaan Kediri ditandai dengan ditulisnya beberapa kitab
sastra. Kitab-kitab tersebut antara lain Kitab Baratayuda, Kitab Kresnayana,
Kitab Smaradahana, dan Kitab Lubdaka
KekuasaanKediriberakhirpadamasaKertajaya.Padamasapemerintahannya,
terjadi pertentangan antara raja dan kaum brahmana karena Kertajaya berlaku
sombong dan berani melanggar adat. Para Brahmana kemudian mencari perlindungan
kepada Ken Arok yang merupakan penguasadi Tumapel.Pada tahun 1222 M, Ken Arok
dengan dukungan kaum Brahmana menyerang Kediri.Kediri dapat dikalahkan oleh Ken
Arok.
g.
Kerajaan
Singhasari
Kerajaan
Singhasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Sumber
sejarah Kerajaan Singhasari antara lain diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Negara Kertagama
dan beberapa prasasti, seperti Prasasti Balawi, Maribong, Kusmala, dan
Mula-Malurung.
Menurut
Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kediri. Tumapel
dikuasai oleh seorang akuwu bernama Tunggul Ametung. Kemudian Tunggul Ametung
digulingkan dari kekuasaannya oleh Ken Arok yang merupakan bawahan Tunggul
Ametung. Ken Arok menjadi akuwu baru.
Pada saat Ken
Arok menguasai Tumapel, di kerajaan Kediri terjadi perselisihan antara Raja
Kertajaya dan para Brahmana. Para Brahmana melarikan diri ke Tumapel. Mereka
meminta perlindungan kepada Ken Arok. Atas dukungan para Brahmana, Ken Arok
melakukan serangan ke Kediri. Perang melawan Kediri meletus di desa Ganter dan
Kediri berhasil dikalahkan. Setelah Kediri berhasil dikalahkan, Ken Arok
mendirikan kerajaan Singhasari dan menjadi raja pertama dengan gelar Sri
Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Kerajaan
Singhasari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara. Ia
bercita-cita meluaskan kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Nusantara.
Kertanegara berhasil memperluas kekuasaan ke beberapa daerah diantaranya Bali,
Kalimantan Barat Daya, Maluku, Sunda, dan Pahang.
Pada tahun 1275
M Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu atau yang dikenal dengan
Ekspedisi Pamalayu. Selain untuk menggoyahkan kerajaan Sriwijaya, ekspedisi ini
juga bertujuan untuk menahan serbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Kaisar
Kubilai Khan yang sedang melakukan perluasan wilayah di Asia Tenggara.
Beberapa kali
utusan Kaisar Kubilai Khan datang ke Singhasari menuntut agar Kertanegara
mengakui kedaulatan Kubilai Khan di Cina. Tuntutan tersebut ditolak oleh
Kertanegara dengan tegas.Kemudian Kubhilai Khan mengirim armada Mongol ke Pulau
Jawa untuk menaklukkan Kertanegara. Sebagai persiapan untuk menghadapi serangan
tentara Mongol, Kertanegara mengirimkan bala tentaranya ke luar Jawa. Perang
ini tidak terjadi karena Kertanegara telah meninggal pada tahun 1292 M akibat
serangan dari Jayakatwang (keturunan Raja Kediri).
Kehidupan
ekonomi Kerajaan Singhasari bersumber dari pertanian dan perdagangan. Wilayah
Singhasari terletak di daerah pedalaman dan dialiri dua sungai besar, yaitu
Bengawan Solo dan Kali Brantas. Selain dimanfaatkan untuk pertanian, kedua
sungai ini juga dimanfaatkan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan
pedagangan. Pada masa pemerintahan Kertanegara, perdagangan mendapat perhatian
yang cukup besar. Hal ini tampak dari upaya Kertanagera untuk menggeser
kedudukan Siwijaya sebagai penguasa perdagangan di Selat Malaka. Upaya tersebut
diwujudkan dengan melaksanakan Ekspedisi Pamalayu.
h.
Kerajaan
Majapahit
Majapahit
adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang berdiri dari sekitar tahun 1293 M.
Kerajaan Majapahit dianggap sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang terbesar dalam
sejarah Indonesia.
Sumber sejarah
kerajaan Majapahit diantaranya diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Sutasoma,
dan kitab Negarakertagama.Selain itu ada pula beberapa prasasti, diantaranya
Prasasti Gunung Butak, Prasasti Kudadu, Prasasti Blambangan, dan Prasasti
Langgaran. Munculnya Kerajaan Majapahit erat hubungannya dengan keruntuhan
Kerajaan Singhasari. .Ketika Singhasari diserang oleh Jayakatwang, Raden Wijaya
yang merupakan menantu Kertanegara berhasil meloloskan diri. Ia mendapat
pertolongan dari bupati Sumenep bernama Arya Wiraraja. Berkat pertolongannya,
Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diberi tanah di hutan
Tarik dekat Mojokerto. Daerah tersebut kemudian diberi nama Majapahit.
Raden Wijaya
kemudian menyusun kekuatan untuk menyerang balik Jayakatwang. Saat Ia melakukan
persiapan untuk menyerang Jayakatwang, tentara Mongol tiba di Pulau Jawa.
Mereka dikirim oleh Kaisar Kublai Khan untuk menaklukkan Kertanegara. Tentara
Mongol menyangka Kertanegara masih berkuasa di Singhasari. Mereka tidak
mengetahui bahwa Kertanegara telah wafat dan kerajaannya jatuh ke tangan
Jayakatwang.
Kedatangan
tentara Mongol dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Ia segera bergabung dengan
tentara Mongol untuk menyerang Jayakatwang. Dengan mudah, tentara Mongol
beserta pasukan Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang. Setelah berhasil
mengalahkan Jayakatwang, tentara Mongol berpesta merayakan kemenangannya. Ketika
tentara Mongol lengah, Raden Wijaya berbalik menyerang mereka. Pasukan Mongol
hancur dan sisanya pulang ke negerinya.
Keberhasilan
mengalahkan Jayakatwang dan menghancurkan tentara Mongol menghantarkan Raden
Wijaya menjadi penguasa di Jawa Timur.Ia mendirikan kerajaan Majapahit dan
menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan
Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk yang memerintah tahun
1350 – 1389 M. Pemerintahan Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada. Menurut kitab
Nagara kertagama, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik
(Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Kejayaan
Majapahit tidak hanya dalam hal pemerintahan. Dalam bidang ekonomi, Majapahit
berkembang menjadi negara agraris dan
negara maritim. Sebagai negara agraris, Majapahit terletak di daerah
pedalaman dan dekat dengan aliran sungai sangat cocok untuk pertanian. Hasil
utamanya adalah beras. Untuk meningkatkan pertanian, dilakukan pembuatan
saluran pengairan, bendungan, dan pemanfaatan lahan pertanian secara
bergiliran. Hal inimaksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan
pertanian. Sebagai negara maritim, Majapahit memiliki armada laut yang kuat
sehingga mampu mengawasi seluruh perairan di Nusantara. Sejumlah pelabuhan
dipantai utara Pulau Jawa merupakan tempat yang strategis di tengah jalur
perdagangan menuju Kepulauan Maluku yang menghasilkan rempah- rempah. Majapahit
menjadikan pelabuhan-pelabuhan tersebut sebagai pusat perdagangan. Beberapa
kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya,
Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti
dari Cina India, dan Siam.
Pada masa kerajaan
Majapahit, bidang sastra mengalami kemajuan.Karya sastra yang terkenal adalah
Kitab Negarakertagama. Selain kitab sastra, Negarakertagama juga merupakan
sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang terkenal adalah Sutasoma.Kitab
Sutasoma memuat kata-katayang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni
Bhinneka Tunggal Ika. Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan
candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar,
Candi Tigawangidan Surawana di dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di
Trowulan.
Kejayaan
Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah pemerintahan Hayam Wuruk berakhir.
Raja-raja yang berkuasa tidak mampu mengembalikan kejayaan Majapahit, Di
samping itu, terjadinya perang saudara yang dikenal dengan Perang Paragreg pada
tahun 1401-1406 M menyebabkan kekuatan Majapahit melemah. Unsur lain yang
menyebabkan semakin mundurnya kerajaan Majapahit adalah meluasnya pengaruh
Islam pada saat itu. Kerajaan Majapahit
akhirnya runtuh setelah mendapat serangan pasukan Demak di bawah pimpinan
Adipati Unus.
4.
Peninggalan-Peninggalan
Masa Hindu-Buddha
Banyaknya
jumlah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia mewariskan peninggalan
sejarah yang banyak pula. Peninggalan-peninggalan itu antara lain adalah
bangunan, patung/arca, relief, prasasti dan
kitab- kitab.
a.
Candi
dan Stupa
Bangunan candi
dan stupa ada yang didirikan sebagai tempat pemujaan dan ada pula yang
didirikan sebagai makam. Bangunan yang digunakan agama Hindu contohnya antara
lain candi Prambanan, candi Sukuh, candi Canggal, candi Gedong Songo. Adapun
bangunan yang digunakan agama Buddha contohnya antara lain Borobudur, Mendut,
Sewu, dan Plaosan.
b.
Gapura
Gapura adalah
bangunan berupa pintu gerbang. Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan
ada yang menyerupai candi terbelah dua. Gapura yang beratap disebut Paduraksa
dan yang terbelah dua disebut Bentar. Contoh bangunan gapura diantaranya adalah
Gapura Wringin Lawang di Trowulan peninggalan Kerajaan Majapahit.
c.
Petirtaan
Petirtaan
adalah pemandian suci di kalangan istana. Misalnya, petirtaan Tirtha Empul dan
Jolotondo.
d.
Patung/Arca
Bentuk patung Hindu tidak sama dengan bentuk patung Buddha. Patung Hindu umumnya berbentuk dewa-dewi, tokoh, dan makhluk mistik. Misalnya, patung Raja Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu sedang menunggang garuda, dan patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita. Adapun patung Buddha, bentuknya mewujudkan Sang Buddha Gautama sendiri. Patung Buddha tampil dalam berbagai posisi. Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu sikap tangan sedang bersemadi atau sikap wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah.
e.
Relief
Relief adalah
seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi. Relief itu melukiskan suatu cerita. Contohnya adalah cerita Ramayana yang
dipahat pada dinding candi Prambanan.
f.
Prasasti
Prasasti
merupakan tulisan pada batu yang memuat berbagai informasi tentang sejarah, dan
peringatan atau catatan suatu peristiwa. Misalnya, Prasasti Canggal, Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Talang Tuo, dan Prasati Kota Kapur, dan lainnya.
g.
Kitab
Kitab merupakan
karangan berupa kisah, catatan, laporan tentang suatu peristiwa atau
sejarah.Isi kitab tidak berupa kalimat langung melainkan rangkaian puisi indah
dalam sejumlah bait.Ungkapan dalam bentuk puisi ini biasa disebut
kakawin.Kitab-kitab peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah Kakawin
Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Negara Kertagama karya Mpu
Prapanca, dan Sutasoma karya Mpu Prapanca.
Bentuk lain peninggalan masa Hindu-Buddha adalah pertunjukan wayang dan upacara keagamaan yang masih dapat kita saksikan hingga saat ini. Pertunjukan Wayang merupakan perpaduan dari seni pertunjukan, seni musik, seni peran, seni sastra, dan seni rupa. Pertunjukan Wayang biasanya diiringi oleh alunan gamelan. Dalang menjadi tokoh kunci dalam pertunjukan wayang. Dalang berperan dalam menentukan jalan cerita, memerankan tokoh-tokoh, dan mengatur seluruh pertunjukan. Adapun upacara keagamaan contohnya adalah Ngaben dan Kesodo. Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah pada masyarakat Hindu di Bali. Kesodo adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Tengger, Jawa Timur. Kesodo merupakan upacara mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo.
*Rujukan :
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Sumber Pembelajaran dari Internet
Bisa juga membaca materi lengkapnya di Buku Paket Mata Pelajaran IPS klik disini
Setelah membaca materi bisa mengerjakan soal latihan klik disini