A.
Kehidupan
Manusia pada Masa Praaksara
1.
Mengenal
Masa Praaksara
Masa praaksara
merupakan salah satu periode dalam kehidupan manusia ketika manusia yang belum
mengenal tulisan. Praaksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara.
Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud
masa praaksara adalah masa sebelum manusia mengenal tulisan. Masa praaksara
disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya
tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara dikenal pula dengan masa
prasejarah.
Mengapa tulisan
menjadi pembatas waktu masa praaksara? Aksara atau tulisan adalah hasil
kebudayaan manusia. Fungsi utama dari aksara ini adalah untuk berkomunikasi dan
membaca tentang sesuatu. Sekelompok manusia yang telah mengenal tulisan,
biasanya meninggalkan catatan-catatan tertulis kepada generasi berikutnya.
Catatan itu dapat berupa batu bertulis (prasasti) dan naskah-naskah kuno. Dari
catatan tertulis tersebut, kita dapat mengetahui kehidupan orang-orang zaman
dahulu. Dengan demikian penemuan aksara merupakan faktor penting untuk
mengetahui suatu peradaban.
Kapan waktu
dimulainya masa praaksara dan kapan waktu berakhirnya? Masa praaksara dimulai
sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Adapun waktu
berakhirnya masa praaksara adalah setelah manusia mulai mengenal tulisan.
Berakhirnya masa praaksara tidak sama bagi tiap-tiap bangsa. Misalnya bangsa
Mesir dan Mesopotamia, mereka telah mengenal tulisan kira-kira 3.000 tahun
sebelum Masehi. Artinya, mereka telah meninggalkan masa praaksara kira-kira
3.000 tahun sebelum Masehi. Adapun masyarakat di Indonesia mulai mengenal
tulisan sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari Yupa (batu bertulis
peninggalan kerajaan Kutai) yang terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Dengan demikian, bangsa Indonesia meninggalkan masa praaksara pada abad ke-5
Masehi.
Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, pada masa praaksara manusia belum mengenal tulisan, maka
tidak ada peninggalan tertulis dari masa praaksara. Lalu, bagaimanakah cara
mengetahui kehidupan manusia pada masa tersebut? Kehidupan manusia pada masa
praaksara dapat dipelajari melalui peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan
oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan
fosil. Artefak membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan
kehidupan manusia dan fosil membantu untuk mengetahui pertumbuhan fisik makhluk
hidup pada masa praaksara.
2.
Periodisasi
Masa Praaksara
Sejarah alam
semesta jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan sejarah kehidupan manusia
di muka bumi.Manusia pertama kali muncul dimuka bumi ini kira-kira tiga juta
tahun yang lalu.Untuk mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya,
kita perlu mempelajari terlebih dahulu periodisasi atau pembabakan zaman di
muka bumi.Pembabakan itu dapat dilakukan secara geologis, arkeologis, dan
perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini, diuraikan ketiga pembabakan atau
periodisasi tersebut.
a.
Periodisasi
secara Geologis
Pada zaman
dahulu keadaan bumi tidak seperti sekarang. Sebelum adanya kehidupan, bumi
mengalami perubahan-perubahan. Awalnya bumi dalam keadaan panas dan pijar
sehingga tidak ada satu mahkluk hidup yang mampu hidup. Kemudian bumi mendingin
dan terbentuklah kerak atau kulit bumi. Mahkluk hidup mulai ada sejalan dengan
semakin mendinginnya bumi.
Proses
perubahan bumi terbagi atas beberapa fase-fase atau zaman. Perubahan dari satu
zaman ke zaman berikutnya memakan waktu
yang lama, sampai jutaan
tahun.Menurut para ahli geologi, sejarah perkembangan bumi terbagi menjadi
empat periode, yaitu zaman arkaikum, palaeozoikum, mesozoikum, dan neozoikum
atau kenozoikum. Zaman neozoikum ini terbagi dalam dua bagian, yaitu zaman
tertier dan kwartier. Pada zaman kwartier inilah mulai ada tanda-tanda kehidupan
manusia.
Periodisasi
sejarah perkembangan bumi secara geologis, yaitu:
1)
Zaman
Arkaikum
Zaman Arkaikum
merupakan zaman tertua, zaman ini berlangsung kira- kira sejak 2.500 juta tahun
yang lalu. Pada waktu itu kulit bumi masih sangat panas, sehingga belum
terdapat kehidupan diatasnya.
2)
Zaman
Palaeozoikum
Zaman kehidupan
tua, berlangsung kira-kira sejak 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini sudah
ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya
binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan,
amfibi dan reptil.
3)
Zaman
Mesozoikum
Zaman kehidupan
pertengahan, berlangsung sejak kira-kira 140 juta tahun lalu.Pada zaman ini,
kehidupan di bumi makin berkembang.Binatang- binatang mencapai bentuk tubuh
yang besar sekali.Kita mengenalnya sebagai Dinosaurus.Di samping itu, juga
mulai muncul berbagai jenis burung. Zaman mesozoikum disebut pula dengan zaman
reptil karena pada zaman ini jenis binatang reptil yang paling banyak
ditemukan.
4)
Neozoikum
atau Kenozoikum
Zaman kehidupan
baru, berlangsung sejak kira- kira 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi
menjadi dua, yaitu zaman tertier dan zaman kuartier.
a)
Zaman
Tertier
Pada zaman
tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi umumnya dikuasai oleh
hewan-hewan besar yang menyusui. Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus)
yang pernah hidup di Amerika Utara dan Eropa Utara.
b)
Zaman
Kuartier
Zaman kuartier
berlangsung sejak kira-kira 3.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini sangat penting
bagi kita, karena merupakan awal kehidupan manusia pertama kali di muka bumi.
b.
Periodisasi
secara Arkeologis
Periodisasi
secara arkeologis didasarkan atas hasil-hasil temuan benda- benda peninggalan
yang dihasilkan oleh manusia yang hidup pada masa praaksara. Berdasarkan
penelitian terhadap benda-benda tersebut, masa praaksara dibedakan menjadi dua,
yaitu zaman batu dan zaman logam.
1)
Zaman
Batu
Zaman batu
adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang kehidupan manusia terbuat
dari batu. Berdasarkan hasil temuan alat-alat yang digunakan dan dari cara
pengerjaannya, zaman batu dibagi menjadi tiga, yaitu Palaeolithikum,
Mesolithikum, dan Neolithikum.
a)
Paleolithikum
Paleolithikum
berasal dari kata Palaeo artinya tua, dan Lithos yang artinya batu sehingga
zaman ini disebut zaman batu tua. Hasil kebudayaannya banyak ditemukan didaerah
Pacitan dan Ngandong Jawa Timur. Untuk membedakan temuan benda-benda praaksara
di kedua tempat tersebut, para arkeolog sepakat menyebutnya sebagai kebudayaan
Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Zaman batu tua
diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia
masih sangat sederhana, hidup
berpindah- pindah (nomaden).
Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan,
umbi-umbian, serta menangkap ikan. Alat- alat yang digunakan pada zaman ini
terbuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah, seperti kapak perimbas
atau alat serpih yang digunakan untuk menguliti hewan buruan, mengiris daging,
atau memotong umbi-umbian.
b)
Mesolithikum
Mesolithikum
berasal dari kata Meso yang artinya tengah dan
Lithos yang artinya batu sehingga zaman ini dapat disebut zaman batu
tengah. Hasil kebudayaan batu tengah sudah lebih maju apabila dibandingkan
hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu tua). Pada zaman ini, manusia sudah
ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan yang menjadi ciri dari zaman ini
adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan kebudayaan Abris sous Roche.
Kjokkenmoddinger
adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark, yaitu kjokken artinya dapur
dan modding artinya sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger arti sebenarnyaa dalah
sampah dapur. Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang
menggunung dan sudah menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang
pantai timur Sumatra, yakni antara Langsa dan Medan. Dari timbunan itu,
ditemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan kapak genggam
Palaeolithikum. Kapak genggam yang ditemukan tersebut dinamakan dengan pebble
atau kapak Sumatra sesuai dengan lokasi penemuannya.Kapak Sumatra ini bentuknya
sudah lebih baik dan mulai halus.Selain itu ditemukan pula sejenis kapak pendek
dan sejenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling).
Abris Sous
Roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua)maksudnya adalah gua-gua yang
dijadikan tempat tinggal manusia purba yang berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Alat-alat yang ditemukan pada gua
tersebut antara lain alat-alat dari batu seperti ujung panah, flakes, batu
pipisan, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous
roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah
Sulawesi Selatan.
c)
Neolithikum
Neolithikum
berasal dari kata Neo yang artinya baru dan Lithos yang artinya
batu.Neolithikum berarti zaman batu baru. Pada zaman ini telah terjadi perubahan
mendasar pada kehidupan masyarakat praaksara. Mereka mulai hidup menetap dan
mampu menghasilkan bahan makanan sendiri melalui kegiatan bercocok tanam. Hasil
kebudayaan yang terkenal dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong.
Kapak persegi
berbentuknya persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Kapak
persegi ada yang berukuran besar ada pula yang kecil.Kapak berukuran besar
disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul. Adapun yang ukuran kecil
disebut dengan Tarah atau Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat.
Kapak lonjong
bentuknya lonjong. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian
ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak lonjong ada yang berukuran besar
dan ada juga yang kecil. Kapak lonjong berukuran besar disebut dengan
Walzenbeil dan yang kecil disebut Kleinbeil. Fungsi kapak lonjong sama dengan
kapak persegi.
Selain kapak
persegi dan kapak lonjong, pada zaman Neolithikum juga terdapat barang-barang
yang lain seperti perhiasan, gerabah, dan pakaian. Perhiasan yang banyak
ditemukan umumnya terbuat dari batu dan kulit kerang.
a)
Tradisi
Megalithik
Megalithik
berasal dari kata Mega yang artinya besar dan Lithos yang artinya
batu.Megalithik berarti batu besar.Jadi yang dimaksud dengan tradisi megalithik
adalah pendirian bangunan dari batu yang berukuran besar.Tradisi ini muncul
pada zaman batu dan erat kaitannya dengan kepercayaan yang berkembang pada saat
itu, yaitu pemujaan tehadap roh nenek moyang. Jenis- jenis bangunan megalithik
antara lain sebagai berikut.
(1).
Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yangberfungsi sebagai tempat
pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah
meninggal.
(2). Dolmen adalah bangunan berupa meja batu,
terdiri atas batu lebar yang ditopang oleh beberapa batu yang lain. Dolmen
berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur. Di samping
sebagai tempat pemujaan, dolmen jugaberfungsi sebagai pelinggih, tempat duduk
untuk kepala suku atau raja.
(3).
Kubur peti batu adalah tempat menyimpan mayat. Kubur peti batu ini dibentuk
dari enam buah papan batu, dan sebuah penutup peti. Papan- papan batu itu
disusun secara langsung dalam lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu, dan
biasanya diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung.
Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran
yang kecil. Bentuknya kubus dan bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi
Tengah.
(5). Sarkofagus
adalah bangunan berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan diberi
tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali.
(6). Punden berundak adalah bangunan bertingkat
yang dihubungkan tanjakan kecil. Punden berundak berfungsi sebagai tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang.
(7). Patung. Bentuk patung masih sangat
sederhana umumnya berbentuk binatang atau manusia.
2)
Zaman
Logam
Sebagai
perkembangan dari zaman batu, manusia masuk ke zaman logam. Pada zaman ini,
manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat
kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam, yaitu perunggu dan
besi. Menurut perkembangannya, zaman logam dibedakan menjadi tiga, yaitu zaman
perunggu, zaman tembaga dan zaman besi. Indonesia hanya mengalami dua zaman
logam, yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Benda-benda yang dihasilkan pada
zaman ini antara lain adalah kapak corong (kapak yang menyerupai corong),
nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu). Berikut
ini adalah gambar beberapa benda yang peninggalan zaman logam di Indonesia.
c.
Periodisasi
berdasarkan Perkembangan Kehidupan
Periodisasi ini
didasarkan atas perkembangan kehidupan manusia praaksara. Berdasarkan hal
tersebut, maka masa praaksara dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu masa
berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, serta masa perundagian.
1)
Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu
makanan dibagi menjadi dua tingkat, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana dan masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
a)
Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Masa
berburu makanan tingkat sederhana diperkirakan semasa dengan zaman
paleolithikum.Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah tingkat
peradabannya. Mereka hidup mengembara, pindah dari tempat yang satu ke tempat
yang lain sebagai pemburu binatang dan penangkap ikan. Di samping itu, mereka
juga meramu, yakni mencari dan mengumpulkan makanan.Jenis makanan yang
dikumpulkan misalnya ubi-ubian, buah-buahan dan daun-daunan.
(1)
Kehidupan
Ekonomi
Kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana masih sangat bergantung pada alam. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buhan serta dedaunan yang ditemukan di sekitar lingkungan mereka. Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka berpindah ke tempat lain.
(2)
Kehidupan
Sosial
Sesuai dengan
cara memenuhi kebutuhan, manusia pada masa ini hidupnya tidak menetap. Mereka
selalu berpindah-pindah tempat mencari tempat tinggal baru yang banyak terdapat
binatang buruan dan bahan makanan.Mereka juga mencari tempat-tempat yang ada
airnya.Tempat yang mereka pilih ialah di padang-padang rumput diselingi semak
belukar, yang sering dilalui binatang buruan. Kadang-kadang mereka memilih
tempat tinggal di tepi pantai, sebab di situ mereka dapat mencari kerang dan
binatang-binatang laut lainnya.
Manusia pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana hidup secara
berkelompok yang tersusun dari keluarga- keluarga kecil.Anggota kelompok yang
laki-laki melakukan perburuan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari
tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil.
(3)
Kehidupan
Budaya
Pada masa ini,
manusia sudah mampu membuat alat-alat sederhana dari batu atau tulang dan kayu.Alat-alat
yang dibuat masih berbentuk kasar. Alat-alat tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
(a).
Alat-alat batu inti, terdiri kapak perimbas, kapak penetak,
pahat
genggam, dan kapak genggam.
(b).
Alat serpih yang digunakan untuk pisau, peraut, gurdi, mata
panah,
dan untuk menguliti umbi-umbian.
(c).
Alat dari tulang dan kayu.
b)
Masa
Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut diperkirakan semasa zaman
mesolithikum.Kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Manusia mulai hidup menetap walaupun hanya
untuk sementara waktu dan mulai mengenal cara bercocok tanam sederhana. Selain
itu, tampak kegiatan-kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang belum
dicapai pada masa sebelumnya seperti lukisan di dinding gua atau dinding
karang.
(1)
Kehidupan
Ekonomi
Manusia pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah mengenal cara
bercocok tanam dengan sistem berladang. Caranya, yaitu menebang hutan, kemudian
membersihkan dan menanaminya. Beberapa kali tanah ladang itu dipergunakan, dan
setelah dirasakan kesuburannya berkurang, maka pindah ke tempat lain. Selain
berladang, mereka juga memelihara dan mengembangbiakkan binatang.
(2)
Kehidupan
Sosial
Kehidupan
manusia pada masa ini masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya.
Mereka masih melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang dan
mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya.Meskipun demikian, kehidupan
manusia mengalami perubahan yang besar.Manusia secara berkelompok mulai hidup
menetap dengan memilih gua sebagai tempat tinggalnya.Biasanya gua yang dipilih
adalah gua yang letaknya cukup tinggi, yaitu di lereng bukit dan dekat dengan
mata air.
(3)
Kehidupan
Budaya
Selama
bertempat tinggal di gua, mereka melukiskan sesuatu di dinding gua yang
menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup. Lukisan-Lukisan
ini dibuat dengan cara menggores pada dinding atau dengan memberi warna merah,
hitam, dan putih. Bentuknya ada berupa gambar tangan, binatang, atau bentuk
lainnya.
Lukisan dinding
gua menandakan berkembangnya kepercayaan manusia pada masa itu. Misalnya
lukisan cap tangan dengan latar belakang warna merah mengandung arti kekuatan
pelindung untuk mencegah roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya tidak
lengkap dianggap sebagai tanda berkabung.
Pada masa ini,
kemampuan manusia membuat alat-alat atau perkakas mengalami
kemajuan.Alat-alat-alat batu yang dibuat bentuknya lebih halus daripada masa
sebelumnya. Alat-alat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
• Kapak sumatra, yaitu batu kerakal yang
dibelah tengah
sehingga
satu sisinya cembung halus dan sisi lainnya kasar.
• Alat tulang sampung, yaitu alat yang
terbuat dari tulang dan
tanduk
digunakan sebagai penggali umbi-umbian.
2) Masa Bercocok Tanam
Setelah tahap
hidup berburu dan mengumpulkan makanan dilampaui, manusia memasuki suatu masa
kehidupan yang disebut masa bercocok tanam.Masa bercocok tanam diperkirakan
semasa dengan zaman Neolithikum.Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai
tingkatan yang cukup tinggi.Manusia sudah memiliki kemampuan
mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup dengan bercocok tanam dan mengembangbiakan binatang ternak.Manusia sudah
hidup menetap dan tidak lagi
berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan.Mereka hidup menetap karena persediaan makanan sudah tercukupi.
a)
Kehidupan
Ekonomi
Pada bercocok
tanam, manusia tidak lagi sepenuhnya bergantung pada alam.Manusia sudah mampu
mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.Kebutuhan makanan dipenuhi dengan
cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman
sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian. Selain
bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakan binatang ternak seperti ayam,
kerbau dan hewan ternak lainnya.Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara
hewan ternak, kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap
dilakukan.
Manusia pada
masa bercocok tanam diperkirakan sudah kerajinan tangan seperti gerabah dan
beliung, atau hasil laut berupa ikan yang dikeringkan.Ikan laut yang dihasilkan
oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang bertempat tinggal di
pedalaman.
b)
Kehidupan
Sosial
Hidup menetap
pada masa bercocok tanam memberi kesempatan bagi manusia untuk menata kehidupan
secara teratur.Mereka hidup menetap di suatu tempat secara berkelompok dan
membentuk masyarakat perkampungan.Perkampungan pada masa bercocok tanam terdiri
atas tempat tinggal sederhana yang didiami oleh beberapa keluarga dan dipimpin
oleh kepala kampung.Biasanya kedudukan sebagai kepala kampung dijabat oleh
orang yang paling tua dan berwibawa.Kepala kampung merupakan tokoh yang
disegani, dihormati dan ditaati oleh penduduk kampung yang dipimpinnya.
Kegiatan-kegiatan
dalam kehidupan perkampungan yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan bersama
mulai diatur dan dibagi antar anggota masyarakat.Kegiatan yang banyak
menghabiskan tenaga seperti, membabat hutan, menyiapkan ladang untuk ditanami,
membangun rumah atau membuat perahu dilakukan oleh laki-laki. Adapun perempuan
melakukan kegiatan menabur benih di ladang yang sudah disiapkan, merawat rumah
dan kegiatan lain yang tidak memerlukan tenaga besar.
c)
Kehidupan
Budaya
Pada masa
bercocok tanam, manusia semakin mahir membuat berbagai alat-alat atau
perkakas.Alat-alat yang dihasilkan sudah dibuat halus dan fungsinya beraneka
ragam.Ada yangberfungsi untuk kegiatan sehari-hari, ada yang berfungsi sebagai
perhiasan, ada pula yang berfungsisebagai alat upacara keagamaan.Alat-alat
tersebut antara lain sebagai berikut.
• Kapak
Persegi digunakan mengerjakan kayu, menggarap tanah
dan
alat upacara keagamaan.
• Kapak
Lonjong digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan sebagai kapak
biasa.
• Gerabah
• Alat
pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus.
• Perhiasan
berupa gelang dari batu dan kulit kerang.
Pada masa
bercocok tanam, berkembang kepercayaan
bahwa roh seseorang tidak lenyap
pada saat meninggal dunia.Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya
sendiri.Oleh karena itu, diadakan upacara pada waktu penguburan.Orang yang
meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari, seperti
perhiasan dan periuk yang dikubur bersama-sama.Hal ini dimaksudkan agar
perjalanan orang yang meninggal menuju alam arwah dan kehidupan selanjutnya
terjamin sebaik-baiknya.
Pada masa ini,
mulai berkembang pula tradisi pendirian bangunan- bangunan megalitik (bangunan
besar dari batu). Tradisi ini didasari oleh kepercayaan akan adanya hubungan
antara yang hidup dan yang mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh kuat
dari orang yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan
tanaman. Jasa seorang kerabat yang telah meninggal dunia diabadikan dengan
mendirikan bangunan batu besar.Bangunan ini kemudian menjadi media
penghormatan, tempat singgah, dan menjadi lambang bagi orang yang meninggal
tersebut.
3)
Masa
Perundagian
Masa
perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia. Kata perundagian
berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok
orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis
usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan, atau pembuatan
sampan.
Masa
perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu. Pada masa ini, peradaban
manusia sudah maju tingkatannya.Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya.
a)
Kehidupan
Ekonomi
Masyarakat pada
masa perundagian telah mampu mengatur kehidupannya.Kegiatan kehidupan
yang mereka lakukan
tidak lagi sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan.Kegiatan pertanian
di ladang dan sawah masih tetap dilakukan.Pengaturan air dilakukan agar
kegiatan pertanian tidak sepenuhnya bergantung pada hujan. Hasil pertanian
disimpan untuk masa kering dan mungkin juga untuk diperdagangkan ke daerah
lain. Kegiatan peternakan juga turut berkembang, hewan ternak yang dipelihara
lebih beragam dari masa sebelumnya.Masyarakat telah mampu beternak kuda dan
berbagai jenis unggas.
Munculnya
golongan masyarakat yang memiliki keterampilan tertentu menyebabkan teknologi
berkembang pesat.Seiring kemajuan yang dicapai, terjadi peningkatan kegiatan
perdagangan.Pada masa ini perdagangan masih bersifat barter, namun telah
menjangkau tempat- tempat yang jauh, yakni antarpulau.Barang-barang yang
dipertukarkan semakin beragam, seperti alat pertanian, perlengkapan upacara,
dan hasil kerajinan.
Kegiatan
perdagangan antarpulau pada masa perundagian dibuktikan dengan ditemukannya
nekara di Selayar dan kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti
gajah, merak, dan harimau.Binatang-binatang ini tidak ada di wilayah Indonesia
bagian timur.Hal ini menunjukkan bahwa nekara tersebut berasal dari daerah
Indonesia bagian barat.
b)
Kehidupan
Sosial
Masyarakat pada
masa perundagian hidup menetap di perkampungan yang lebih besar dan lebih
teratur.Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa kampung hingga
jumlah kelompok penduduk bertambah banyak.Masyarakat tersusun dalam kelompok
yang beragam.Ada kelompok petani, ada pedagang, ada pula kelompok undagi
(pengrajin/tukang).
Dalam tata
kehidupan yang sudah teratur, berburu
binatang liar seperti harimau dan kijang
masih tetap dilakukan.Perburuan ini selain untuk menambah mata pencaharian,
juga dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat keberanian dan kegagahan dalam suatu
lingkungan masyarakat.
c)
Kehidupan
Budaya
Pada masa
perundagian, manusia sudah mahir membuat berbagai peralatan atau perkakas.Alat-alat
yang dihasilkan terbuat dari logam digunakan untuk bertani, bertukang,
peralatan rumah tangga, perhiasan dansebagai alat perlengkapan upacara dan
pemujaan.
Kepercayaan yang berkembang pada masa ini melanjutkan kepercayaan pada masa sebelumnya.Masyarakat meyakini bahwa arwah nenek moyang berpengaruh terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya.Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu dihormati dengan melaksanakan berbagai upacara. Demikian pula kepada orang yang sudah meninggal,mereka diberi penghormatan dengan diberi bekal kubur. Terlebih lagi jika orang yang meninggal adalah orang yang terpandang atau mempunyai kedudukan dalam masyarakat, maka diadakan upacara penguburan dengan memberikan bekal kubur yang lengkap. Pada masa ini, berbagai bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung, dan seni bangunan (arsitektur) mengalami perkembangan.Hal yang menunjukkan perkembangan ini diantaranya adalah meningkatnya pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk pemujaan.
*Rujukan :
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Sumber Pembelajaran dari Internet
Bisa juga membaca materi lengkapnya di Buku Paket Mata Pelajaran IPS klik disini
Setelah membaca materi bisa mengerjakan soal latihan klik disini
0 Comments:
Posting Komentar
Bagikan Komentarmu