3.
Kerajaan-Kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia
Lahirnya
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Pada masa pemerintahan
kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Kepulauan
Indonesia berkembang dengan pesat.
a.
Kerajaan
Kutai
Kerajaan Kutai
berdiri sekitar abad ke-5. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Informasi tentang awal mula Kutai
diketahui dari Yupa. Ada tujuh buah Yupa yang menjadi sumber utama bagi para
ahli untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang
berfungsi sebagai tugu peringatan.
Yupa ini
dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.Prasasti Yupa ditulis dengan
huruf pallawa dan bahasa sanskerta.Berdasarkan salah satu isi Prasasti Yupa,
kita dapat mengetahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kutai, yaitu
Kundungga, Aswawarman dan Mulawarman.
Nama Kundungga
tidak dikenal dalam bahasa India, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nama
tersebut merupakan nama asli daerah tersebut. Kundungga mempunyai anak bernama
Aswawarman dan cucu yangbernama Mulawarman.Dua nama terakhir merupakan nama
yang mengandung unsur India. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu pada
keluarga kerajaan itu sudah mulai masuk pada masa Kundungga yang dibuktikan
dengan diberikannya nama Hindu pada anaknya.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan bahwa raja Mulawarman telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Kutai adalah usaha peternakan. Disamping peternakan, masyarakat Kutai melakukan pertanian. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung untuk pertanian. Selain itu, masyarakat Kutai juga melakukan perdagangan. Diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampaidi Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai.
b.
Kerajaan
Tarumanegara
Kerajaan
Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan berdiri
pada abad ke–5 Masehi.Berdasarkan catatan
sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat
bahwa kerajaan Tarumanegaa adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sumber sejarah
mengenai kerajaan Tarumanagara diketahui dari prasasti- prasasti yang
ditinggalkannya. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Sampai saat ini ada ditemukan 7 buah prasasti, yaitu: prasasti Kebon Kopi,
prasati Ciaruteun, prasasti PasirAwi, Prasasti Jambu, prasati Muara Cianten, dan
prasasti Tugu. Selain itu, sumber lain tentang kerajaan Tarumanegara diperoleh
dari catatan seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien. Dalam perjalanan ke
Indiaia singgah di Ye-Po-Ti (Pulau Jawa).
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai kehidupan masyarakat
Tarumanegara.Mata pencahariannya adalah bertani dan berdagang. Menurut berita
yang ditulis Fa-Hien barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu
dan perak.Fa-Hien juga menjelaskan di Tarumanegaa terdapat tiga agama, yakni
agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme. Raja memeluk agama Hindu.
Raja yang
terkenal dari Kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman.Ia dikenal sebagai raja
yang gagah berani dan tegas. Ia juga dekat dengan para brahmana dan rakyatnya.
Ia raja yang jujur, adil, dan arif dalam memerintah. Untuk memajukan bidang
pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah
saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu disebut dengan Sungai
Gomati. Saluran itu selain berfungsi sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya
banjir.
c.
Kerajaan
Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah
satu kerajaan besar yang pernah berdiri di Indonesia. Kerajaan ini mampu
mengembangkan diri sebagai negara maritim dengan menguasai lalu lintas
pelayaran dan perdagangan dari Selat Malaka, Selat Sunda, hingga Laut Jawa.
Sumber sejarah
kerajaan Sriwijaya diperoleh dari prasasti yang berasal dari dalam negeri dan
prasasti dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari dalam negeri antara lain:
prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuwo, prasasti Telaga Batu, prasasti
Kota Kapur, prasasti Karang Berahi, prasasti Palas Pasemah dan Amoghapasa.
Adapun Prasasti yang berasal dari luar negeri antara lain: prasasti Ligor,
prasati Nalanda, prasasti Canton, prasasti Grahi dan prasati Chaiya. Sumber
sejarah lain tentang kerajaan Sriwijaya diperoleh dari seorang pendeta Cina yang
bernama I-tsing.
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, diperoleh keterangan mengenai Kerajaan Sriwijaya
sebagai berikut.
1.
Kerajaan
Sriwijaya pernah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha di Asia Tenggara.
2.
Pulau
Bangka dan Jambi Hulu telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686
Masehi.
3.
Pada
awal abad ke-11 Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala (India) melakukan
penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya. Penyerbuan Colamandala dapat
dipukul mundur namun berhasil melemahkan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan
Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai dan di tepi
Sungai Musi. Pada mulanya masyarakat Sriwijaya hidup dengan bertani. Namun
karena berdekatan dengan pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian
perdagangan menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Sriwijaya.
Perkembangan
perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di
persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang dari India ke Cina
atau dari Cina ke India singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang
yang akan ke Cina. Para pedagang melakukan bongkar muat barang dagangan di
Sriwijaya Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat
perdagangan. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan
laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu
menguasai kawasan perairan Asia Tenggara, perairan di Laut Natuna, Selat
Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa.
Selain menjadi
pusat perdagangan, kerajaan Sriwijaya juga berkembang menjadi pusat agama
Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Menurut catatan pendeta I-Tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha. Pada tahun 671 M,
I-Tsing pernah berdiam di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta sebagai
persiapan kunjungannya ke India. Seperi halnya I-tsing, para pendeta Cina
lainnya yang akan belajar agama Buddha ke India dianjurkan untuk belajar
terlebih dahulu di Sriwijaya selama satu sampai dua tahun. Disebutkan juga
bahwa para pendeta yang belajar agama Buddha itu dibimbing oleh seorang guru
yang bernama Sakyakirti. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa kerajaan
Sriwijaya sejak abad ke-7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha.
Raja yang
terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar
abad ke-9 M. Pada masapemerintahannya, Sriwijaya mencapai masa kejayaan.
Wilayah kekuasaan Sriwijaya berkembang luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara
lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian
tengah, sebagian Kalimantan, dan Semenanjung Melayu.
Pada abad ke-11
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai mundur. Salah satu penyebabnya adalah
penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya oleh Raja Rajendracola dari Colamandala.
Pada tahun 1017 M, kerajaan Colamandala mengadakan serangan pertama.Serangan
kedua dilakukan pada tahun 1025 M. Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur,
namun kekuatan armada laut Sriwijaya mengalami kemunduran. Akibat peperangan
ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur dan tenggelam. Hal ini menyebabkan
Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Pada tahun 1377 armada
laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan
Sriwijaya.
d.
KerajaanMataram
Kuno
Kerajaan
Mataram Kuno berdiri pada pertengahan abad ke-8.Kerajaan inidiperintah oleh dua
dinasti, yaitu dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Sailendra yang
beragama Buddha. Kedua dinasti itu saling mengisi pemerintahan dan
kadang-kadang memerintah bersama-sama.
Sumber sejarah
kerajaan Mataram Kuno diperoleh dari prasasti peninggalannya. Prasasti tersebut
diantaranya adalah prasasti Canggal, prasasti Kalasan, prasasti Ligor, prasasti
Nalanda, prasasti Klurak, dan prasasti Mantyasih.
Kehidupan
politik kerajaan Mataram Kuno diwarnai dengan pemerintahan dua dinasti yang
silih berganti.Berdasarkan prasasti Canggal, diketahui Mataram Kuno mula-mula
diperintah oleh Raja Sanna, kemudian digantikan oleh keponakannya yang bernama
Sanjaya.Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup aman
dan tenteram. Hal ini terlihat dari prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa
tanah Jawa kaya
akan padi dan emas.Setelah Raja
Sanjaya, Mataram Kuno diperintah oleh Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan
disebutkan bahwa Rakai Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan
memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk
para pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan. Hal
ini menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama
Buddha.
Sepeninggal
Rakai Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Satu pemerintahan
dipimpin oleh keluarga Sanjaya yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah
Jawa bagian selatan. Satu pemerintahan lagi dipimpin oleh keluarga Syailendra
yang menganut agama Buddha berkuasa di daerah Jawa bagian utara. Raja-raja yang
berkuasa dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti
Mantyasih. Adapun raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera
dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda dan prasasti Klurak.
Perpecahan
tersebut tidak berlangsung lama. Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya mengadakan
perkawinan dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Melalui perkawinan
ini, Mataram Kuno dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan
Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram berkembang luas, meliputi Jawa Tengah
dan Timur.Sepeninggal Rakai Pikatan, Mataram Kuno diperintah oleh Dyah
Balitung. Ia memerintah pada tahun 898-911 M. Pada masa pemerintahannya,
Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan.
Raja-raja yang
memerintah Mataram Kuno selanjutnya, yaitu Raja Daksa memerintah tahun 910–919
M, Raja Tulodong memerintah tahun 919–924 M, dan Sri Maharaja Rakai Wawa
memerintah tahun 924 - 929 M. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa
terjadi bencana meletusnya Gunung Merapi yang memporak- porandakan daerah Jawa
Tengah. Melihat situasi kerajaan yang tidak aman, Mpu Sindok sebagai pejabat
dalam pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa memindahkan pusat kerajaan ke Jawa
Timur. Selain terjadinya bencana alam, perpindahan ini disebabkan oleh
serangan-serangan dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram Kuno
makin terdesak ke wilayah timur.
Kehidupan
ekonomi masyarakat Mataram Kuno bersumber dari usaha pertanian karena letaknya
di pedalaman.Selain pertanian, masyarakat Mataram Kuno juga mengembangkan
kehidupan maritim dengan memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Dalam bidang
kebudayaan, Mataram kuno banyak menghasilkan karya berupa candi dan stupa.
Keluarga Sanjaya yang beragama Hindu meninggalkan candi-candi seperti kompleks
Candi Dieng, kompleks Candi Gedongsongo dan Candi Prambanan. Adapun keluarga
Syailendra yang beragama Buddha meninggalkan stupa seperti Borobudur, Mendut,
dan Pawon.
e.
Kerajaan
Medang
Sebelumnya
sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ibu kotanya terletak di dekat Jombang di tepi Sungai
Brantas. Selanjutnya, Mpu Sindok ini mendirikan dinasti baru yang bernama
dinasti Isyana menggantikan dinasti Syailendra.
Sumber sejarah
yang berkenaan dengan kerajaan Medang di Jawa Timur antara lain Prasasti
Pucangan, Prasasti Anjukladang dan Pradah, Prasasti Limus, Prasasti Sirahketing,
Prasasti Wurara, Prasasti Semangaka, Prasasti Silet, Prasasti Turun Hyang, dan
Prasasti Gandhakuti. Sumber yang lain adalah berita dari India dan Cina.
Pendiri
Kerajaan Mataram (di Jawa Timur) adalah Mpu Sindok sekaligus sebagai raja
pertama dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikrama Isyanatunggawijaya.
Ia menikah dengan Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang bernama Sri
Makutawang Swardhana yang kemudian naik tahta menggantikan ibunya.
Sri
Makutawang Swardhana digantikan
oleh Sri Dharmawangsa
Teguh Anantawikrama. Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa
Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan ke Sriwijaya sebagai upaya
mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya akan tetapi upaya ini mengalami
kegagalan.
Pada tahun
1016, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Diduga penyerangan ini terjadi atas
dorongan kerajaan Sriwijaya. Serangan ini terjadi pada saat Dharmawangsa sedang
melaksanakan perkawinan antara puterinya dengan Airlangga, putra Raja Udayana
dari Bali. Peristiwa ini menewaskan seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa
sendiri. Hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri.Bersama seorang
pengikutnya yang bernama Norotama, Airlangga bersembunyi di Wonogiri (hutan
gunung) dan hidup sebagai seorang pertapa.
Pada tahun
1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja menggantikan Dhamawangsa oleh para
pendeta Buddha.Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya.
Airlangga membantu Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India
Selatan. Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil mempersatukan kembali
daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga
memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.
Pada tahun
1042, Airlangga menyerahkan kekuasaanya pada putrinya yang bernama Sangrama
Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi
seorang petapa dengan nama Ratu Giriputri. Selanjutnya Airlangga memerintahkan
Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan, yaitu Panjalu dengan ibu kota Daha dan
Jenggala yang ber ibukota di Kahuripan. Hal itu dilakukan untuk mencegah
terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selir.
Kehidupan
ekonomi kerajaan Medang banyak bergantung kepada pelayaran dan perdagangan.
Kerajaan Sriwijaya menjadi saingan berat bagi kerajaan Medang karena waktu itu
Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut India - Indonesia - Cina. Hal inilah
yang menyebabkan Raja Dharmawangsa berusaha mematahkan monopoli perdagangan
Sriwijaya. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, pelabuhan Hujung Galuh
di Muara Kali Brantas diperbaiki.Pelabuhan Hujung Galuh kemudian menjadi Bandar
perdagangan yang ramai.Banyak pedagang asing singgah di kedua pelabuhan itu,
seperti pedagang dari India, Burma, Kamboja, dan Champa.Selain itu, dibangun
pula bendungan Waringin Sapta.Bendungan ini berguna untuk mengairi sawah-sawah
penduduk dan mencegah luapan kali brantas yang mengganggu aktivitas
perdagangan.
Bidang sastra
juga mendapat perhatian.Pada masa pemerintahan Dharmawangsa kitab Mahabarata
disadur dalam bahasa Jawa Kuno. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga,
Mpu Kanwa menggubah kitab Arjunawihaha.
f.
Kerajaan
Kediri
Munculnya
Kerajaan Kediri berawal dari pembagian kerajaan oleh Airlangga menjadi Janggala
dan Panjalu (Kediri). Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Kali Brantas. Tujuan
Airlangga membagi kerajaan adalah untuk mencegah perpecahan antara kedua
putranya. Akan tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan. Setelah Airlangga
wafat pada tahun 1049 M, terjadi perang antara Janggala dan Panjalu (Kediri).
Perang ini berakhir dengan kekalahan Janggala. Kerajaan kembali dipersatukan di
bawah kekuasaan Panjalu (Kediri).
Sumber sejarah
kerajaan Kediri antara lain prasasti Padlegan, prasasti Panumbangan, prasasti
Hantang atau Ngantang, prasasti Talan dan Prasasti Desa Jepun. Raja-raja yang
memerintah di Kediri antara lain Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara,
Kameswara dan Kertajaya. Pada masa Jayabaya kerajaan Kediri mencapai puncak
kejayaan. Awal masa pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat pertentangan dengan
Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil memadamkan
kekacauan itu. Sebagai bukti, adanya prasasti Hantang yang memuat tulisan
panjalu jayati, artinya panjalu menang. Hal itu untuk mengenang kemenangan
Panjalu atas Jenggala. Setelah itu, Jayabaya mulai menata dan mengembangkan
kerajaannya.
Kehidupan
ekonomi kerajaan Kediri bersumber dari usaha pertanian, pelayaran dan
perdagangan. Hasil utama pertanian masyarakat Kediri adalah beras. Pelayaran
dan perdagangan juga berkembang, hal ini ditopang oleh armada laut Kediri yang
cukup tangguh.Dalam perdagangan benda-benda yang diperdagangkan antara lain
adalah emas, perak, gading, kayu cendana, dan hasil bumi lainnya.
Perkembangan
seni pada masa kerajaan Kediri ditandai dengan ditulisnya beberapa kitab
sastra. Kitab-kitab tersebut antara lain Kitab Baratayuda, Kitab Kresnayana,
Kitab Smaradahana, dan Kitab Lubdaka
KekuasaanKediriberakhirpadamasaKertajaya.Padamasapemerintahannya,
terjadi pertentangan antara raja dan kaum brahmana karena Kertajaya berlaku
sombong dan berani melanggar adat. Para Brahmana kemudian mencari perlindungan
kepada Ken Arok yang merupakan penguasadi Tumapel.Pada tahun 1222 M, Ken Arok
dengan dukungan kaum Brahmana menyerang Kediri.Kediri dapat dikalahkan oleh Ken
Arok.
g.
Kerajaan
Singhasari
Kerajaan
Singhasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Sumber
sejarah Kerajaan Singhasari antara lain diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Negara Kertagama
dan beberapa prasasti, seperti Prasasti Balawi, Maribong, Kusmala, dan
Mula-Malurung.
Menurut
Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kediri. Tumapel
dikuasai oleh seorang akuwu bernama Tunggul Ametung. Kemudian Tunggul Ametung
digulingkan dari kekuasaannya oleh Ken Arok yang merupakan bawahan Tunggul
Ametung. Ken Arok menjadi akuwu baru.
Pada saat Ken
Arok menguasai Tumapel, di kerajaan Kediri terjadi perselisihan antara Raja
Kertajaya dan para Brahmana. Para Brahmana melarikan diri ke Tumapel. Mereka
meminta perlindungan kepada Ken Arok. Atas dukungan para Brahmana, Ken Arok
melakukan serangan ke Kediri. Perang melawan Kediri meletus di desa Ganter dan
Kediri berhasil dikalahkan. Setelah Kediri berhasil dikalahkan, Ken Arok
mendirikan kerajaan Singhasari dan menjadi raja pertama dengan gelar Sri
Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Kerajaan
Singhasari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara. Ia
bercita-cita meluaskan kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Nusantara.
Kertanegara berhasil memperluas kekuasaan ke beberapa daerah diantaranya Bali,
Kalimantan Barat Daya, Maluku, Sunda, dan Pahang.
Pada tahun 1275
M Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu atau yang dikenal dengan
Ekspedisi Pamalayu. Selain untuk menggoyahkan kerajaan Sriwijaya, ekspedisi ini
juga bertujuan untuk menahan serbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Kaisar
Kubilai Khan yang sedang melakukan perluasan wilayah di Asia Tenggara.
Beberapa kali
utusan Kaisar Kubilai Khan datang ke Singhasari menuntut agar Kertanegara
mengakui kedaulatan Kubilai Khan di Cina. Tuntutan tersebut ditolak oleh
Kertanegara dengan tegas.Kemudian Kubhilai Khan mengirim armada Mongol ke Pulau
Jawa untuk menaklukkan Kertanegara. Sebagai persiapan untuk menghadapi serangan
tentara Mongol, Kertanegara mengirimkan bala tentaranya ke luar Jawa. Perang
ini tidak terjadi karena Kertanegara telah meninggal pada tahun 1292 M akibat
serangan dari Jayakatwang (keturunan Raja Kediri).
Kehidupan
ekonomi Kerajaan Singhasari bersumber dari pertanian dan perdagangan. Wilayah
Singhasari terletak di daerah pedalaman dan dialiri dua sungai besar, yaitu
Bengawan Solo dan Kali Brantas. Selain dimanfaatkan untuk pertanian, kedua
sungai ini juga dimanfaatkan sebagai sarana lalu lintas pelayaran dan
pedagangan. Pada masa pemerintahan Kertanegara, perdagangan mendapat perhatian
yang cukup besar. Hal ini tampak dari upaya Kertanagera untuk menggeser
kedudukan Siwijaya sebagai penguasa perdagangan di Selat Malaka. Upaya tersebut
diwujudkan dengan melaksanakan Ekspedisi Pamalayu.
h.
Kerajaan
Majapahit
Majapahit
adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang berdiri dari sekitar tahun 1293 M.
Kerajaan Majapahit dianggap sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang terbesar dalam
sejarah Indonesia.
Sumber sejarah
kerajaan Majapahit diantaranya diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Sutasoma,
dan kitab Negarakertagama.Selain itu ada pula beberapa prasasti, diantaranya
Prasasti Gunung Butak, Prasasti Kudadu, Prasasti Blambangan, dan Prasasti
Langgaran. Munculnya Kerajaan Majapahit erat hubungannya dengan keruntuhan
Kerajaan Singhasari. .Ketika Singhasari diserang oleh Jayakatwang, Raden Wijaya
yang merupakan menantu Kertanegara berhasil meloloskan diri. Ia mendapat
pertolongan dari bupati Sumenep bernama Arya Wiraraja. Berkat pertolongannya,
Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diberi tanah di hutan
Tarik dekat Mojokerto. Daerah tersebut kemudian diberi nama Majapahit.
Raden Wijaya
kemudian menyusun kekuatan untuk menyerang balik Jayakatwang. Saat Ia melakukan
persiapan untuk menyerang Jayakatwang, tentara Mongol tiba di Pulau Jawa.
Mereka dikirim oleh Kaisar Kublai Khan untuk menaklukkan Kertanegara. Tentara
Mongol menyangka Kertanegara masih berkuasa di Singhasari. Mereka tidak
mengetahui bahwa Kertanegara telah wafat dan kerajaannya jatuh ke tangan
Jayakatwang.
Kedatangan
tentara Mongol dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Ia segera bergabung dengan
tentara Mongol untuk menyerang Jayakatwang. Dengan mudah, tentara Mongol
beserta pasukan Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang. Setelah berhasil
mengalahkan Jayakatwang, tentara Mongol berpesta merayakan kemenangannya. Ketika
tentara Mongol lengah, Raden Wijaya berbalik menyerang mereka. Pasukan Mongol
hancur dan sisanya pulang ke negerinya.
Keberhasilan
mengalahkan Jayakatwang dan menghancurkan tentara Mongol menghantarkan Raden
Wijaya menjadi penguasa di Jawa Timur.Ia mendirikan kerajaan Majapahit dan
menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan
Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk yang memerintah tahun
1350 – 1389 M. Pemerintahan Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada. Menurut kitab
Nagara kertagama, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik
(Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan
dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Kejayaan
Majapahit tidak hanya dalam hal pemerintahan. Dalam bidang ekonomi, Majapahit
berkembang menjadi negara agraris dan
negara maritim. Sebagai negara agraris, Majapahit terletak di daerah
pedalaman dan dekat dengan aliran sungai sangat cocok untuk pertanian. Hasil
utamanya adalah beras. Untuk meningkatkan pertanian, dilakukan pembuatan
saluran pengairan, bendungan, dan pemanfaatan lahan pertanian secara
bergiliran. Hal inimaksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan
pertanian. Sebagai negara maritim, Majapahit memiliki armada laut yang kuat
sehingga mampu mengawasi seluruh perairan di Nusantara. Sejumlah pelabuhan
dipantai utara Pulau Jawa merupakan tempat yang strategis di tengah jalur
perdagangan menuju Kepulauan Maluku yang menghasilkan rempah- rempah. Majapahit
menjadikan pelabuhan-pelabuhan tersebut sebagai pusat perdagangan. Beberapa
kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya,
Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti
dari Cina India, dan Siam.
Pada masa kerajaan
Majapahit, bidang sastra mengalami kemajuan.Karya sastra yang terkenal adalah
Kitab Negarakertagama. Selain kitab sastra, Negarakertagama juga merupakan
sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang terkenal adalah Sutasoma.Kitab
Sutasoma memuat kata-katayang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni
Bhinneka Tunggal Ika. Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan
candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar,
Candi Tigawangidan Surawana di dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di
Trowulan.
Kejayaan
Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah pemerintahan Hayam Wuruk berakhir.
Raja-raja yang berkuasa tidak mampu mengembalikan kejayaan Majapahit, Di
samping itu, terjadinya perang saudara yang dikenal dengan Perang Paragreg pada
tahun 1401-1406 M menyebabkan kekuatan Majapahit melemah. Unsur lain yang
menyebabkan semakin mundurnya kerajaan Majapahit adalah meluasnya pengaruh
Islam pada saat itu. Kerajaan Majapahit
akhirnya runtuh setelah mendapat serangan pasukan Demak di bawah pimpinan
Adipati Unus.
4.
Peninggalan-Peninggalan
Masa Hindu-Buddha
Banyaknya
jumlah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia mewariskan peninggalan
sejarah yang banyak pula. Peninggalan-peninggalan itu antara lain adalah
bangunan, patung/arca, relief, prasasti dan
kitab- kitab.
a.
Candi
dan Stupa
Bangunan candi
dan stupa ada yang didirikan sebagai tempat pemujaan dan ada pula yang
didirikan sebagai makam. Bangunan yang digunakan agama Hindu contohnya antara
lain candi Prambanan, candi Sukuh, candi Canggal, candi Gedong Songo. Adapun
bangunan yang digunakan agama Buddha contohnya antara lain Borobudur, Mendut,
Sewu, dan Plaosan.
b.
Gapura
Gapura adalah
bangunan berupa pintu gerbang. Gapura ada yang beratap dan berdaun pintu dan
ada yang menyerupai candi terbelah dua. Gapura yang beratap disebut Paduraksa
dan yang terbelah dua disebut Bentar. Contoh bangunan gapura diantaranya adalah
Gapura Wringin Lawang di Trowulan peninggalan Kerajaan Majapahit.
c.
Petirtaan
Petirtaan
adalah pemandian suci di kalangan istana. Misalnya, petirtaan Tirtha Empul dan
Jolotondo.
d.
Patung/Arca
Bentuk patung Hindu tidak sama dengan bentuk patung Buddha. Patung Hindu umumnya berbentuk dewa-dewi, tokoh, dan makhluk mistik. Misalnya, patung Raja Airlangga berbentuk patung dewa Wisnu sedang menunggang garuda, dan patung Ken Dedes dalam wujud Dewi Prajnaparamita. Adapun patung Buddha, bentuknya mewujudkan Sang Buddha Gautama sendiri. Patung Buddha tampil dalam berbagai posisi. Misalnya, sikap dhyana-mudra yaitu sikap tangan sedang bersemadi atau sikap wara-mudra yaitu sikap tangan sedang memberi anugerah.
e.
Relief
Relief adalah
seni pahat pada dinding suatu bangunan atau candi. Relief itu melukiskan suatu cerita. Contohnya adalah cerita Ramayana yang
dipahat pada dinding candi Prambanan.
f.
Prasasti
Prasasti
merupakan tulisan pada batu yang memuat berbagai informasi tentang sejarah, dan
peringatan atau catatan suatu peristiwa. Misalnya, Prasasti Canggal, Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Talang Tuo, dan Prasati Kota Kapur, dan lainnya.
g.
Kitab
Kitab merupakan
karangan berupa kisah, catatan, laporan tentang suatu peristiwa atau
sejarah.Isi kitab tidak berupa kalimat langung melainkan rangkaian puisi indah
dalam sejumlah bait.Ungkapan dalam bentuk puisi ini biasa disebut
kakawin.Kitab-kitab peninggalan masa Hindu-Buddha antara lain adalah Kakawin
Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, Kitab Negara Kertagama karya Mpu
Prapanca, dan Sutasoma karya Mpu Prapanca.
Bentuk lain peninggalan masa Hindu-Buddha adalah pertunjukan wayang dan upacara keagamaan yang masih dapat kita saksikan hingga saat ini. Pertunjukan Wayang merupakan perpaduan dari seni pertunjukan, seni musik, seni peran, seni sastra, dan seni rupa. Pertunjukan Wayang biasanya diiringi oleh alunan gamelan. Dalang menjadi tokoh kunci dalam pertunjukan wayang. Dalang berperan dalam menentukan jalan cerita, memerankan tokoh-tokoh, dan mengatur seluruh pertunjukan. Adapun upacara keagamaan contohnya adalah Ngaben dan Kesodo. Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah pada masyarakat Hindu di Bali. Kesodo adalah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Tengger, Jawa Timur. Kesodo merupakan upacara mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo.
*Rujukan :
Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 7 / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Sumber Pembelajaran dari Internet
Bisa juga membaca materi lengkapnya di Buku Paket Mata Pelajaran IPS klik disini
Setelah membaca materi bisa mengerjakan soal latihan klik disini
0 Comments:
Posting Komentar
Bagikan Komentarmu